By: Ammi Nur Baits
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Kita sudah hafal, nabi ulul azmi ada 5: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad ’alaihimus shalatu was salam. Dan inilah pendapat yang kuat berdasarkan keterangan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim.
Dalam al-Quran, salah satu bimbingan yang Allah perintahkan kepada Nabi-Nya, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah beliau bersabar sebagaimana sabarnya ulul azmi.
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ
Bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati para rasul ulul azmi dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. (QS. Al-Ahqaf: 35).
Nabi Ayub, kita semua telah mengetahui kisahnya. Mendengar namanya, teringat kata sabar.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa beliau tidak termasuk dalam daftar para ulul azmi? Padahal Allah perintahkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mencontoh kesabaran mereka.
Di sinilah kita memahami, kesabaran ada dua,
- Kesabaran fisik – zahir
- Kesabaran psikis – batin
Kesabaran nabi ayub karena ujian sakit dan miskim adalah kesabaran fisik, lahiriyah.
Kesabaran ulul azmi dalam dakwah adalah kesabaran psikis, batin.
Kesabaran karena ujian dakwah, lebih tinggi tingkatannya dari pada kesabaran karena ujian fisik.
Kesabaran ujian fisik tidak ada pilihan lain, selain bersabar. Karena orang yang mendapat ujian fisik, baik dia bersabar maupu tidak bersabar, ujian fisik itu akan tetap melekat pada dirinya.
Berbeda dengan kesabaran karena ujian dakwah. Kesabaran ini menuntut adanya pilihan, antara bersabar ataukah ikut arus masa yang tidak karuan. Jika dia tidak bersabar, maka pilihannya adalah hilangnya dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar