Hal-hal yang membatalkan
keIslaman
“Wahai
orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya syetan itu adalah
musuh yang nyata bagimu”.(QS. al-Baqarah: 208)
Batal itu artinya merusak, jadi orang yang batal keislamanya rusak
didalam keberagamanya.
Bahwa orang yang dikatakan islam itu gerbang atau pintu/passwordnya
yang disebut syahadat tain yaitu 2 kalimat syahadat yaitu asyhaduala
illahaillallah wa asyhaduana muhammadarasullullah, sesungguhnya orang beragama
islam itu terikat oleh suatu paradigma satu manhad satu kaidah yang disebut
kalimatul iman wa kalimatul amal yaitu ikatan akan sistem ide dan yang kedua adalah
sistem amal, idenya benar caranya harus benar, maka la illahaillallah harus
dengan muhamadarasulullah, orang itu idenya bagus mau nolong orang tapi kalau
caranya salah seperti robinhood, robinhood itu idenya baik mau nolong orang tp
caranya salah karena dengan jalan mencuri/merampok maka itu tidak benar. Nah
makanya idenya bener maka caranya harus jg benar. Atau caranya benar idenya
salah misal menyembelih hewan baik dengan membaca bissmillah tapi yang
disembelih babi tetap ndak boleh, itu caranya benar tapi idenya salah. Yaitu
menjadi salah hidup kita ini jika cara-cara ibadah kita menjadi cara2 yang
salah atau keyakinan kita rusak sehingga membatalkan ke islaman, yang jelas
membatalkan keislaman keluar dari aqidah yaitu keluar dari keislaman pindah
agama yaitu jelas itu namanya murtad, tetapi yang membatalkan atau merusak
tidak hanya murtad saja yaitu perbuatan2 syirik yang besar, maka Allah tidak
akan pernah mengampuni orang yang syirik. Karena dimata Allah dan di mata
manusia berbeda. Dimata manusia orang yang mencuri sepeda dengan menyembah batu
kira2 yang dipenjara siapa yang nyuri sepeda atau yang nyuri batu, tapi kalau
dimata Allah yg lebih jahat tentunya yang nyembah batu walaupun mencuri sepeda
jg sebuah kejahatan.
Rusaknya beragama itu oleh aqidah yaitu aqidah itu dirusak oleh 5
syirik besar, yang pertama ada asyirku bi dzat yaitu syirik didalam zat tuhan
yaitu tuhan dianggap lebih dari 1 jd ada tuhan dalam bentuk kayu dalam bentuk
batu atau dalam bentuk antropomor atau simbol2 ketuhanan. Yang ke 2 adalah
syirik dalam sifat yaitu memberi sifat yang tidak layak misalnya tuhan kok
melahirkan atau dilahirkan, tuhan kok sakit, itu tidak layak bagi tuhan,
termasuk menganggap tuhan tidak adil, misal sy sudah rajin sholat kok rejeki sy
sedikit, dst trus menganggap tuhan tidak adil. Yang ke3 adalah syirik didalam
istiqanah, yaitu dalam minta tolong, misal orang yang sudah ke dukun maka 40
hari sholat nya tdk diterima oleh Allah SWT, karena itu merusak keislaman. Yang
ke4 adalah syirik didalam ibadah yaitu melakukan perilaku2 ibadah yang tidak
benar, bentuknya disebut bid ah.
Yang ke5 adalah syirik didalam hukum yang merusak keislaman kita adalah
kalau kita sudah tidak peduli terhadap hukum, baik halal haram maupun hukum2
lain yang sifatnya najis tidak najis, yang halal diharamkan dan yg haram
dihalalkan.
Yang berikutnya adalah kaitan akhlak, akhlak2 yg merusak, perbuatan
dosa besar misal membunuh, suka berzina, itu bisa membatalkan keislaman. Maka
kita perbaharui iman perbaharui islam itu dengan banyak2 kita bersaksi kembali
laila hailallah,
POSTED BY ADMIN
ON FEBRUARY - 14 - 2012
Segala
puji untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan
hidayah kepada hamba-hamba-Nya dalam mentaati perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya. Shalawat beserta salam tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang
mengikutinya dengan kebaikan sampai Hari pembalasan.
Sesungguhnya
sebagai seorang Muslim wajib baginya untuk berpegang teguh dengan agamanya,
dengan mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai seorang muslim Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan
bagi setiap muslim untuk masuk kedalam agama Islam ini secara menyeluruh
(Kaffah) dalam semua aspek, baik aspek aqidah, ibadah, mu’amalah serta akhlak
sebagaimana seruan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam
Al-Qurân:
“Wahai
orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya syetan itu adalah
musuh yang nyata bagimu”.(QS. al-Baqarah: 208).
Demikian
juga sebagai seorang muslim dilarang baginya untuk berpaling dari menta’ati
Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, karena yang demikian itu
akan membawanya kepada kesengsaraan hidup dan penyesalan di akhirat,
sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qurân:
“Dan
barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya di Hari Kiamat dalam
keadaan buta, lalu ia berkata : Ya Tuhanku, mengapa engkau menghimpunkan aku
dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang dapat melihat. Lalu
Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”. (QS.
Thoha: 124-126)
Oleh
karena itu seorang Muslim wajib menjaga agamanya dari
apa-apa yang akan merusak,membatalkan keislamannya yang secara tidak
langsung tanpa disadarinya dia telah melakukan suatu perkara yang telah merusak
keislamannya bahkan bisa mengeluarkannya dari agama Islam. Untuk
mengingatkan kaum muslimin agar tidak terjerumus kepada hal demikian, maka
Insya Allah Ta’ala pada tulisan kali ini akan dibahas hal-hal
yang akan membatalkan keislaman seseorang. Jika salah seorang muslim terperosok
kepada salah satu dari pembatal keislaman ini maka dia bisa keluar dari agama
Islam, dan wajib baginya bersegera untuk bertaubat kepada Allah ‘Azza
wa Jalla.
Ada sepuluh perkara Pembatal keislaman, dan hal ini
telah banyak terjadi serta tersebar di tengah-tengah masyarakat:
1. Syirik dalam beribadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Syirik
merupakan induk dari segala dosa, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa Syirik dan Dia akan mengampuni segala dosa selain dari (syrik) itu, bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiap yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. an-Nisa’: 48)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa Syirik dan Dia akan mengampuni segala dosa selain dari (syrik) itu, bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiap yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. an-Nisa’: 48)
Bahkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan Surga bagi
orang-orang Musyrik, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan Surga baginya, dan tempatnya ialah neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorangpun penolong”. (QS. al-Maidah: 72)
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan Surga baginya, dan tempatnya ialah neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorangpun penolong”. (QS. al-Maidah: 72)
Bahkan
perbuatan syirik akan menghapus amal seseorang sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qurân:
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu; Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. az-Zumar: 65)
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu; Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. az-Zumar: 65)
Syirik
juga adalah kezhaliman yang menduduki peringkat pertama dari dosa-dosa yang
lain, sebagaimana yang Allah Ta’ala khabarkan di dalam
Al-Qurân:
“Sesungguhnya syirik (mempersekutukan Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang sangat besar”. (QS. Luqman ayat 13)
“Sesungguhnya syirik (mempersekutukan Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang sangat besar”. (QS. Luqman ayat 13)
Diantara
bentuk-bentuk Kesyirikan seperti: Berdo’a kepada orang-orang yang telah mati,
meminta tolong kepada manusia dalam urusan-urusan yang manusia tidak mampu
melakukannya, beristighatsah kepada selain Allah Subhanahu wa
Ta’ala, bernazar, menyembelih kepada selain Allah‘Azza wa Jalla,
mendatangi tukang ramal, dukun, tukang sihir dan lain-lainnya.
Begitu besar dan banyaknya bahaya syirik ini maka
pantaslah seseorang yang terjatuh ke lembah kesyirikan ini menjadi rusak dan
batal keislamannya.
2. Menjadikan/membuat perantara antara
dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Seseorang
berdoa dan meminta Syafa’at melalui perantara-perantara agar do’anya
disampaikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian juga
bertawakkal kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla, hal ini merupakan
salah satu bentuk kekufuran, karena perbuatan ini adalah bentuk kesyirikan orang-orang
musyrik jahiliyah terdahulu, yang telah dijelaskan dan digambarkan dalam
Al-Qurân:
“Ingatlah !!! hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): kami tidaklah menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya”. (QS. az-Zumar ayat 3)
“Ingatlah !!! hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): kami tidaklah menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya”. (QS. az-Zumar ayat 3)
Allah Ta’ala tidak
menjadikan antara dirinya dan hamba-Nya perantara dalam beribadah kepadanya,
karena Allah itu dekat, sebagaimana yang telah difirmankan-Nya dalam Al-Qurân:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi semua perintah-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran“. (QS. al-Baqarah ayat 186)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi semua perintah-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran“. (QS. al-Baqarah ayat 186)
Contoh: wahai Syaikh (fulan) mintakanlah kepada Allah
agar aku selamat atau wahai penunggu kubur melalui perantaraanmu, mohonkanlah
kepada Allah agar aku sehat.
Oleh
karena itu apabila kita meminta, mintalah kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, apabila kita berdoa, maka berdoalah kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala secara langsung.
3. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau ragu
dengan kekafiran mereka atau membenarkan keyakinannya dan mazhabnya.
Di
dalam Al-Qurân Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menghukumi orang-orang yahudi, nashrani dan penyembah berhala sebagai
orang-orang kafir. Maka barang siapa yang tidak mau menghukumi mereka sebagai
kafir, maka berarti dia telah menafikan hukum Allah Subhanahu wa
Ta’ala, dan mendustakan apa yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala kabarkan dalam kitab-Nya, dan barang siapa ragu dengan
kekafiran mereka, maka berarti mereka telah meragukan kabar dari Allah ‘Azza
wa Jallabeserta hukum-hukum-Nya.
Contoh:
Abu Jahal itukan juga muslim, buktinya dia juga berdoa kepada Tuhan atau adanya
anggapan bahwa semua agama itu sama, yang berbeda hanya caranya sedangkan
tujuannya sama. Yahudi adalah baik, nashrani juga baik. Padahal Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah mengkafirkan mereka di dalam Al-Qurân. Diantara contoh
yang lain adalah: menganggap faham komunis itu ada juga baiknya.
4. Meyakini bahwa petunjuk yang diturunkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi-Nya tidak
sempurna dan meyakini bahwa petunjuk yang dibuat oleh manusia lebih sempurna
dan lebih baik, atau hukum yang dibuat manusia lebih baik dari hukum
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apabila
hal seperti diatas ada pada diri seorang muslim, maka telah jelas akan rusaknya
dan batalnya keislamannya. Hal ini disebabkan bahwa apa yang disampaikan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya merupakan
wahyu dari Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya:
“dan tidaklah ia (Nabi Muhammad) itu bicara melalui hawa nafsunya, melainkan itu adalah wahyu yang diwahyukan Allah (kepadanya)”. (QS. an-Najm: 3-4)
“dan tidaklah ia (Nabi Muhammad) itu bicara melalui hawa nafsunya, melainkan itu adalah wahyu yang diwahyukan Allah (kepadanya)”. (QS. an-Najm: 3-4)
Diantara
hal yang wajib diyakini oleh seorang muslim bahwa petunjuk Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, Syariat yang dibawa oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, khabar yang telah ia sampaikan, lebih baik dan sempurna
dari petunjuk, syariat, dan khabar selainnya.
Oleh karena itu siapa yang ragu akan hal-hal yang
disebutkan diatas maka sungguh dia telah jatuh kepada kekufuran. Untuk lebih
meyakinkan hati terhadap hal diatas silahkan para pembaca mebuka dan membaca
ayat-ayat di dalam Al-Qurân berikut ini: Surat al-Maidah ayat 5, surat Shod
ayat 26, Surat an-Nisa’ ayat 60.
Diantara
contohnya: seseorang yang meyakini undang-undang yang dibuat oleh manusia lebih
baik dari hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala, lebih baik
daripada Al-Qurân atau sama derajatnya, atau dengan mengatakan mengamalkan
undang-undang ini sama dengan mengamalkan hukum AllahSubhanahu wa
Ta’ala.
5. Membenci Syariat Islam
Siapa
yang membenci sesuatu yang datang dari Rasul, walaupun dia mengamalkannya maka
sungguh dia telah jatuh kepada lembah kekufuran. Hal ini berdasarkan firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka membenci kepada apa yang diturunkan Allah lalu a Allah menghapus (pahala-pahala) amal-amal mereka”. (QS. Muhammad: 9)
“Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka membenci kepada apa yang diturunkan Allah lalu a Allah menghapus (pahala-pahala) amal-amal mereka”. (QS. Muhammad: 9)
Sesungguhnya
mencintai Syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
suatu tanda mencintai AllahSubhanahu wa Ta’ala dan benci
terhadap Syariat Allah ‘Azza wa Jalla sebagai tanda benci
kepada AllahTa’ala. Orang yang beriman adalah orang yang sangat cinta
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barang siapa yang cinta
kepada Allah Ta’ala, maka dia akan mencintai apa yang Allah ‘Azza
wa Jallaperintahkan dan barang siapa yang membenci perintah Allah ‘Azza
wa Jalla sama dengan membenci Allah Ta’ala, dan tidak ada
manfaat amal yang dilakukannya selama dia membenci Syariat Allah Ta’ala,
keadaannya sama dengan orang-orang munafik.
Diantara
contoh-contoh sikap benci kepada Syariat Allah Subhanahu wa
Ta’ala adalah: benci kepada perempuan yang berhijab (memakai Jilbab
yang Syar’i), benci kepada orang yang mendakwahkan tauhid, benci kepada orang
yang mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamseperti
seseorang yang memelihara jenggotnya, benci kepada seseorang yang celananya
diatas mata kaki, benci kepada hukum Islam dalam warisan dan pandangan sinis
kepada ajaran Islam. Semua bentuk kebencian yang disebutkan diatas apabila
dilakukan oleh seorang muslim diikuti dengan i’tiqad di dalam hatinya maka hal
ini akan membatalkan keislamannya, dan sudah sepantasnya seorang mukmin
mencintai Allah Ta’ala, karena mencintai-Nya merupakan pokok-pokok
keimanan.
Sesungguhnya
iman seseorang tidak akan sempurna sampai mereka mau berhukum dengan Syariat
Allah Subhanahu wa Ta’ala, tunduk dan patuh kepada-Nya.
Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:
“Maka
demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya”.(QS. an-Nisa’: 65)
Ayat
diatas menjelaskan kepada kita bahwasanya Wajib bagi seorang mukmin
untuk menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
hakim dalam setiap perselisihan yang terjadi antar sesama mereka, namun
disamping itu setiap mu’min juga dituntut untuk memiliki kerelaan dan kecintaan
di dalam hatinya atas setiap perkara yang diputuskan Allah Subhanahu
wa Ta’aladan Rasul-Nya meskipun bertentangan dengan hawa nafsunya.
Satu hal yang tidak boleh kita meragukan kebenarannya,
bahwa membenci Syariat merupakan sebesar-besarnya dosa yang ada pada jiwa
manusia, karena kebencian ini akan membuahkan penolakan, dan penolakan akan
mengantarkan pelakunya keluar dari ajaran/agama Islam.
Syariat
Islam yang mulia ini harus diagungkan, dihormati kebesarannya, karena
pengagungan Syariat adalah tanda dari baiknya agama seseorang dan juga sebagai
tanda dari jiwa yang bertaqwa sebagaimana yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala jelaskan dalam Al-Qurân:
“Barang siapa yang mengagungkan Syariat-syariat Allah
maka sesungguhnya hal itu adalah sebagai tanda hati yang taqwa.”
Syaikh
al-Hafizh Ibnu Ahmad al-Hakami rahimahullah, ketika beliau ditanya
tentang tentang tanda seorang hamba yang cinta kepada Robbnya, maka beliau
menjawab; tanda seorang hamba yang cinta kepada Robbnya adalah apabila
hamba tersebut mencintai apa yang dicintai oleh Allah Ta’ala, membenci apa yang
dibenci oleh Allah, melaksanakan perintah-Nya, meninggalkan larangan-Nya,
mencintai orang yang mencintai Allah (para walinya), memusuhi orang yang
memusuhi Allah, oleh karena itu sekuat-kuat urat nadi iman adalah:
cinta pada agama Allah dan benci pada apa-apa yang Allah benci.
Tanda tanda seseorang mencintai Syariat Allah.
1.
Tunduk, berserah diri dan patuh kepada perintah Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan perintah Rasul-Nya.
2. Menjadikan Al-Qurân dan Sunnah sebagai pedoman.
3. Mempelajari dan menuntut ilmu agamanya dengan giat melalui berbagai sarana yang dibolehkan syari’at.
4. Mendahulukan/lebih mengutamakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dari perintah selainnya.
5. Mengadakan pembelaan kepada Syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika syariat tersebut dicaci, dihina, dan direndahkan oleh manusia.
6. Bersegera kepada kebaikan yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
7. Menghormati dan memuliakan para ulama rahimahumullah ‘alihim ajma’in.
8. Mencintai apa yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membenci apa yang dibenci AllahTa’ala.
9. Cintanya didasari karena Allah ‘Azza wa Jalla dan benci juga karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
10. Menghiasi diri dengan Akhlak yang mulia dan menjauhkan dirinya dari akhlak tercela.
2. Menjadikan Al-Qurân dan Sunnah sebagai pedoman.
3. Mempelajari dan menuntut ilmu agamanya dengan giat melalui berbagai sarana yang dibolehkan syari’at.
4. Mendahulukan/lebih mengutamakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dari perintah selainnya.
5. Mengadakan pembelaan kepada Syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika syariat tersebut dicaci, dihina, dan direndahkan oleh manusia.
6. Bersegera kepada kebaikan yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
7. Menghormati dan memuliakan para ulama rahimahumullah ‘alihim ajma’in.
8. Mencintai apa yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membenci apa yang dibenci AllahTa’ala.
9. Cintanya didasari karena Allah ‘Azza wa Jalla dan benci juga karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
10. Menghiasi diri dengan Akhlak yang mulia dan menjauhkan dirinya dari akhlak tercela.
Adapun
tanda-tanda seseorang benci kepada syariat Allah Subhanahu wa
Ta’ala adalah kebalikan atau lawan dari tanda-tanda diatas.
6. Berolok-olok terhadap syariat Allah.
Barang
siapa yang berolok-olok tentang sesuatu yang berkenaan dengan agama Islam,
Rasulullahshallahu ‘alaihi wa sallam, pahala-Nya atau siksaan-Nya maka
sungguh dia telah kufur, inilah yang telah difirmankan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala dalam Al-Qurân yang artinya: “Katakanlah apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu berolok-olok. Tidak usah kamu
minta ma’af, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (QS.
at-Taubah: 65-66)
Ayat
yang mulia diatas diturunkan berkenaan dengan perkataan orang-orang munafik
yang mencela Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dan
sahabat-sahabatnya pada perang Tabuk dengan perkataannya yang kufur: “Kami
tidak melihat seperti mereka-mereka para qari (yang dimaksud adalah nabi dan
sahabat-sahabatnya) yang rakus dan pendusta-pendusta dan yang paling penakut
ketika bertemu dengan musuh.” Diantara sahabat ada yang tahu dengan kejadian
tersebut lalu dia mengkhabarkan hal itu kepada Rasulullah shallahu
‘alaihi wa sallam, lalu tiba-tiba mereka (orang-orang munafiq tadi) datang
kepada Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam untuk
meminta maaf dan mohon untuk diberi uzur sambil mengatakan: “Kami hanya
bercanda dan bersenda gurau dan tidak ada maksud kami untuk mencela dan
berolok-olok.” Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyangkal
perkataan mereka dan tidak menerima uzur mereka atas dusta mereka tersebut
dengan firman-Nya:“Katakanlah apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya
kamu berolok-olok dan tidak ada ma’af bagimu sungguh kamu telah kafir sesudah
beriman.”
Syaikh
Abdurrahman Nasir as-Sa’di rahimahullah menyimpulkan beberapa
pelajaran dalam ayat diatas: “Sesungguhnya beristihza’ (berolok-olok) dengan
Allah dan Rasul-Nya adalah kufur dan salah satu hal yang akan menyebabkan
seseorang keluar dari agama Islam, karena landasan agama Islam dibina diatas
pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, pengagungan
kepada agama-Nya dan kepada Rasul-Nya, sehingga tatkala seorang muslim
beristihza’ (berolok-olok) kepada Allah ‘Azza wa Jalla,
terhadap agama-Nya dan Rasul-Nya maka ini adalah suatu pertanda bahwa
orang tersebut telah meruntuhkan dan meniadakan landasan dasar agama ini
sehingga pantaslah dia menjadi kufur dan bisa mengeluarkan pelakunya dari
ajaran Islam ini.
Contoh istihza’ yang sering terjadi di masyarakat
seperti orang-orang yang memperolok-olokkan saudaranya yang mengamalkan sunnah
dengan mengatakan wahai jenggot, wahai kambing, atau seperti orang yang
memperolok-olokkan wanita yang berhijab atau bercadar seperti dengan mengatakan
ninja, kolot atau ketinggalan zaman, atau berolok-olok terhadap dakwah yang
mengajak kepada yang haq seperti mengatakan dakwah salaf ini tidak relevan
lagi, atau hanya mementingkan tauhid dan mengenyampingkan yang lain.
Semua
istihza’ (berolok-olok) dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Rasul-Nya, atau sesuatu yang berkaitan dengan syariat Allah ‘Azza wa
Jalla, pada akhirnya akan membawa kepada kekufuran. Apapun tujuannya tetap
dihukum sama, apakah dia bercanda, atau serius, ataupun untuk menjadikan bahan
tertawaan, apakah istihza’ itu dilakukan dengan perkataan atau perbuatan, atau
dalam bentuk isyarat dan gerakan-gerakan.
Oleh
karena itu hendaknya seorang muslim yang ingin memyelamatkan dirinya dari azab
Allah ‘Azza wa Jalla menjauhi perkara-perkara diatas, dan
mengagungkan syariat Allah Ta’ala ini dengan ikhlas dan
berserah diri.
7. Sihir
Sihir
adalah perbuatan kufur, sebagaimana Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman: “Dan mereka mengikuti apa-apa yang dibaca
oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidaklah kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan
sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada
dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami
hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kamu kafir”. (QS.
al-Baqarah: 102)
Sesungguhnya
sihir tidak akan memperoleh kemenangan sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Dan tidak akan mendapatkan kemenangan tukang sihir dari mana saja mereka
datang”. (QS. Thahaa: 69)
Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan sihir seperti
mengajarkannya, mempelajarinya, atau menghilangkan sihir dengan sihir, hal
tersebut adalah kufur.
Contoh-contoh sihir:
§
Sihir di zaman Nabi
Musa ‘alaihissalam: tongkat tukang sihir Fir’aun menjadi ular.
§
Sihir Mahabbah yaitu
menyihir seseorang agar jatuh cinta kepadanya dengan cara-cara perdukunan.
§
Sihir perceraian
suami-istri, yang berawal dari cinta, kemudian benci sampai kepada perceraian.
§
Sihir takhyil yaitu
sesesorang mengkhayalkan dirinya berada pada suatu tempat padahal dalam kenyataannya
tidaklah demikian.
§
Sihir penyakit yaitu
melalui sihir ini seseorang menderita penyakit yang tidak kunjung-kunjung
sembuh.
§
dll.
Setiap
sihir ada kaitannya dengan jin, syetan dan bintang-bintang. Gangguan sihir
tersebut Insya Allah dapat dicegah melalui zikir-zikir yang disyariatkan, baik
dari al-Quran maupun Sunnah dan melalui ibadah-ibadah yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala fardhukan dan juga menjauhi segala bentuk maksiat dan dosa.
8. Mengadakan pembelaan (tolong-menolong) dengan
orang-orang musyrik
Sesungguhnya
tolong menolong dengan orang musyrik dan membantu mereka untuk memerangi kaum
muslimin adalah diantara pembatal keislaman, inilah yang telah dijelaskan oleh
Allah Ta’aladalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman
janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani sebagai penolong,
sebagian mereka adalah penolong atas sebagiannya, siapa diantara kalian yang
menjadikan mereka sebagai penolong maka sesungguhnya dia termasuk golongan
mereka, sesungguhnya Allah tidak akan menunjuki kaum yang zalim.” (QS.al-Maidah:
51)
Hasil dari sifat seperti ini adalah membantu kaum
musyrikin untuk mengalahkan kaum muslimin, atau mengangkat bendera mereka,
mengagung-agungkan budaya mereka dan salut serta kagum terhadap mereka.
Jelaslah bagi kita bahwa hal-hal tersebut adalah perbuatan kufur yang wajib
untuk kita jauhi.
9. Bolehnya seseorang keluar dari aturan syariat
Merupakan
sesuatu yang qath’i (pasti), apabila manusia meyakini bahwa sebagian manusia
boleh bagi mereka untuk keluar dari aturan syariat yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala turunkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka keyakinan seperti itu adalah kafir sesuai dengan firman
Allah: “Barang siapa yang mencari din (agama) selain dari Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. ali Imran: 85)
Diantara
contohya adalah seperti keyakinan sebagian kaum sufi terhadap masyayikh
(guru-guru) mereka yang bebas dari taklif untuk mengamalkan
syariat, bahkan boleh untuk meninggalkannya, atau tanpa merasa berdosa dan
bersalah ketika dia terjatuh kepada perbuatan haram, maka jelaslah bahwa
keyakinan seperti ini adalah salah satu bentuk kekufuran yang wajib kita jauhi.
10. Berpaling dari syariat Allah Subhanahu
wa Ta’ala
Maksudnya
adalah tidak mempelajari, tidak pula beramal dengannya sebagaimana Allah Ta’alaberfirman: “Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang diperingatkan dengan
ayat-ayat Robb-Nya, kemudian dia berpaling darinya ? Sesungguhnya Kami akan
memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.” (QS.
As-Sajadah: 22)
Betapa banyak kita dapatkan pada hari ini kaum
muslimin yang tidak peduli sama sekali dengan agamanya, mereka menganggap remeh
urusan agama dan melecehkannya serta tidak mementingkan urusan akhirat dan hal
inilah yang menjadi penyebab mundurnya umat Islam yaitu saat dimana kita tidak
mengerti lagi dengan agama Islam.
Dan yang tidak termasuk berpaling dari syariat adalah
kemalasan dalam menuntut ilmu atau melalaikan sebagian kewajiban atau
melalaikan sebagian yang diharamkan, walaupun yang demikian itu mendapatkan
dosa akan tetapi sesuai dengan apa yang dia lakukan atau yang ia tinggalkan dan
hal yang demikian tidaklah mengeluarkan mereka dari Islam.
Penutup
Demikianlah
sepuluh pembatal keislaman yang penting diketahui, dijauhi oleh setiap individu
muslim sehingga tidak terjebak oleh perkara-perkara yang akan merusak dan
membatalkan keislaman. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjuki
hati kita dan setiap individu muslim, sehingga kita tidak terjibak oleh
perkara-perkara yang akan merusak dan membatalkan keislaman kita. Mudah-mudahan
Allah ‘Azza wa Jalla menunjuki hati kita dan memberikan
taufiknya untuk menempuh jalan yang lurus dan diridhai oleh-Nya. Wallahu
a’lam
Faishal
Abdurrahman, LC
Maraji’:
- Kitab al-Itman bi Syarhi al ‘Aqidatil Ashohihah wal Qowaaidul Islam oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz wa Abdul Aziz Fathi_mu Ibnu Sayyid ‘Iddun Nada
- Kitab al-Itman bi Syarhi al ‘Aqidatil Ashohihah wal Qowaaidul Islam oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz wa Abdul Aziz Fathi_mu Ibnu Sayyid ‘Iddun Nada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar