Cara Takbiratul Ihram yang Benar
Bismillah was
shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Berikut rincian
tata cara takbiratul ihram yang disimpulkan dari al-Quran dan sunah yang
shahih,
1. Takbiratul Ihram merupakan
rukun shalat. Harus dilakukan baik menjadi imam, makmum, maupun shalat
sendirian.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مِفْتَاحُ
الصَّلَاةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Kunci halat adalah bersuci,
memulainya dengan takbir, dan mengakhirinya dengan salam.” (HR. Abu Daud
61, Turmudzi 3, & disahihkan al-Albani).
2.
Yang dimaksud takbiratul ihram adalah
ucapan: Allaahu akbar..., dan bukan mengangkat tangan ketika takbir.
Sementara mengangkat tangan ketika takbiratul ihram hukumnya dianjurkan dan
tidak wajib.
Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,
رفع اليدين عند تكبيرة الإحرام، وعند الركوع،
وعند الرفع منه، وعند القيام من التشهد الأول سنة
“Mengangkat tangan ketika
talbiratul ihram, ketika rukuk, ketika i’tidal, dan ketika bangkit ke rakaat
ketiga dari tasyahud awal, hukumnya sunah.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin volume
13).
3. Keadaan telapak tangan
ketika takbir:
a.
Telapak tangan dibentangkan secara
sempurna dan tidak menggenggam
b. Jari-jari telapak tangan
tidak terlalu lebar dan tidak terlalu rapat
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam,
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ
رَفَعَ يَدَيْهِ مَدًّا
”Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam ketika memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya dengan
dibentangkan.” (HR. Abu Daud 753, Turmudzi 240, dan dishahihkan al-Albani)
c. Telapak tangan dihadapkan ke
kiblat dan diangkat setinggi pundak atau telinga
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan,
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ
مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ
“Bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya setinggi pundak, ketika memulai
shalat.” (HR. Bukhari 735 & Muslim 390).
Dari Malik bin al-Huwairits
radhiyallahu 'anhu,
رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِذَا
كَبَّرَ، وَإِذَا رَكَعَ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ حَتَّى
بَلَغَتَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
“Saya melihat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya ketika takbiratul
ihram, ketika rukuk, ketika i’tidal, hingga setinggi daun telinga.” (HR. Nasai
1024, dan yang lainnya).
4. Cara mengangkat tangan
ketika takbir ada 3:
a.
Mengangkat tangan sampai pundak lalu
membaca takbir
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhumma,
كان
رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا قام إلى الصلاة؛ رفع يديه حتى
تكونا حذو منكبيه، ثم كبَّر
Apabila
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memulai shalat, beliau mengangkat
kedua tangannya hingga setinggi pundak, kemudian beliau bertakbir. (HR. Muslim
390).
b.
Mengangkat tangan lalu sedekap bersamaan
dengan takbir
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma,
رأيت
النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افتتح التكبير في الصلاة، فرفع يديه حين
يكبر
”Saya melihat Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam memulai takbiratul ihram ketika shalat, beliau mengangkat
kedua tangannya ketika takbir. (HR. Bukhari 738)
c.
Membaca takbir, lalu mengangkat tangan
Dari Malik bin al-Huwairits,
كان
رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا كبر؛ رفع يديه
”Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika usai takbir, beliau
mengangkat tangan” (HR. Muslim 391).
Takbiratul harus dilakukan dalam keadaan posisi tubuh tegak sempurna dan
tidak boleh sambil condong mau rukuk. Karena syarat sah-nya takbiratul ihram
adalah dilakukan sambil berdiri bagi yang mampu.
6.
Takbiratul ihram tidak disyaratkan harus
dibarengkan dengan niat shalat. Menggabungkan dua hal ini adalah mustahil.
Karena anggapan inilah, banyak orang yang ditimpa penyakit was-was ketika
takbir, sehingga takbirnya dilakukan berulang-ulang.
Al-Kasani mengatakan,
إن
تقديم النية على التحريمة جائز عندنا إذا لم يوجد بينهما عمل يقطع أحدهما عن الآخر
“Boleh mendahulukan niat dari
pada takbiratul ihram menurut madzhab kami (hanafi), jika tidak ada kegiatan
apapun yang menyelai antara niat dan takbiratul ihram.” (Badai as-Shanai,
1/329).
Ibnu Qudamah juga menegaskan,
قال أصحابنا: يجوز تقديم النية على التكبير
بالزمن اليسير
“ Para
ulama madzhab kami (hambali) mengatakan, ‘Boleh mendahulukan niat sebelum
takbiratul ihram, selama jedahnya tidak lama.” (al-Mughni, 1/339).
7.
Takbiratul ihram hanya dilakukan sekali
dan tidak perlu diulang-ulang, yang ini umumnya terjadi karena was-was. Untuk
mengobatinya, anda bisa pelajari artikel
8.
Orang yang shalat sendirian atau makmum,
takbirnya dibaca pelan. Hanya terdengar dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar