NGOBAR ASSALAM

Ngobar Assalam, ikuti dan kunjungi Ngobar Assalam di Masjid Assalam Minomartani setiap hari Minggu Pagi sehabis sholat jama'ah Subuh.

Minggu, 24 Februari 2013

Mahar Bidadari

Mahar Bidadari
 
Tanya:
Saya pernah mendengar, kerikil dan kotoran di masjid bisa menjadi mahar bidadari, dalam arti siapa yg membuangnya keluar, nanti di akhirat bisa untuk mahar bidadari. apa itu benar?
Trims.
 
Jawab:
Alhamdulillah was shalatu was salamu 'ala rasulillah, amma ba'du,
Pertama, kami tidak menjumpai adanya riwayat shahih yang menjelaskan tentang amalan tertentu atau benda tertentu yang menjadi mahar bidadari. Ada beberapa hadis yang menyebutkan hal ini, namun statusnya palsu atau lemah sekali. Berikut diantaranya,
1. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, yang dianggap sebagai sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
كم من حوراء عيناء ما كان مهرها إلا قبضة من حنطة أو تمر
"Betapa banyak bidadari, yang maharnya hanya (sedekah dengan) segenggam gandum atau kurma."
Hadis ini disebutkan oleh Al-Uqaili, Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu'at (3/253), Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin (1/98). Perawi yang bermasalah adalah Aban bin Al-Muhbir. Ad-Daruqutni mengatakan, "Aban, perawi yang matruk (ditinggalkan)." Ibnu Abi Hatim dalam Al-Ilal (no. 641) mengatakan, "Bapakku menyatakan: Hadis ini batil." Al-Albani menilai hadis ini sebagai hadis palsu. (Silsilah Dhaifah, no. 571)
 
2, Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, yang dianggap sebagai hadis Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, 
مهر الحور قبضات التمر وفلق الخبز
"Mahar bidadari adalah beberapa genggam kurma dan cuilan roti"
Disebutkan oleh Ibnu Adi dalam Al-Kamil (5/25), Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu'at (3/253). Perawi yang bermasalah dalam hadis ini adalah Umar bin Shabh. Ibnu Hibban mengatakan; 'Dia memalsukan hadis dari perawi yang Tsiqah, tidak halal menulis hadisnya.'
 
3. Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu. Hadis ini cukup terkenal,
كنس المساجد مهور الحور العين
"Menyapu masjid adalah mahar bidadari"
Disebutkan Ad-Dailami dalam Musnad Firdaus (no. 4896), Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu'at (3/253). Ibnul Jauzi mengatakan, 'Banyak perawi yang gak jelas. Sementara perawi yang bernama Abdul Wahid, tidak terpercaya, sebagaimana ketarangan Yahya bin Main. Al-Bukhari, Imam Al-Fallas, dan An-Nasai mengatakan: 'Matrukul Hadis'
Dan masih banyak beberapa hadis yang menentukan mahar bidadari semacam yang telah disebutkan di atas.
 
Kedua, Mahar bidadari yang sejatinya adalah seluruh amal shaleh dan semua bentuk ketaatan kepada Allah, yang merupakan sebab manusia mendapatkan surga. Al-Qurthubi dalam buku At-Tadzkirah (hlm. 556) menyebutkan,
باب ما جاء أن الأعمال الصالحة مهور الحور العين
"Bab, keterangan bahwa semua amal shaleh adalah Mahar bidadari."
Selanjutnya, Al-Qurthubi menyebutkan berbagai kisah, diantaranya,
Kisah dari Muhammad bin Nu'man Al-Maqri,
Saya pernah duduk di dekat Al-Jala Al-Maqri di Masjidil Haram Mekah. Tiba-tiba lewat seorang yang sudah tua, badannya tinggim, badannya bagus. Al-Jala langsung menyambutnya dan ngobrol sebentar bersamanya. Setelah kembali ke tempat duduk kami, dia bertanya: 'Kalian tahu, siapa orang tua ini?' Kamipun menjawab, tidak tahu. Al-Jala memberi penjelasan,
ابتاع من الله حوراء بأربعة آلاف ختمة ، فلما أكملها رآها في المنام في حليها وحللها فقال : من أنت ؟ فقالت : أنا الحور التي ابتعتني من الله تعالى بأربعة آلاف ختمة هذا الثمن فما نحلتي أنا منك ؟ قال : ألف ختمة قال الجلا : فهو يعمل فيها بعد
"Dia membeli bidadari dari Allah dengan 4000 kali khatam Al-Quran. Setelah menyempurnakan 4 ribu itu, dia bermimpi melihat bidadari dengan berbagai perhiasannya. Diapun bertanya, 'Siapa anda?' Sang bidadari menjawab, 'Saya bidadari yang kamu beli dari Allah dengan 4000 kali khatam Al-Quran. Itu baru harganya.' Dia bertanya; 'Lalu apa yang menjadi mahar untuk menikahimu?' Sang bidadari menjawab, 'Khatamkan lagi 1000 kali.' Setelah itu, Pak tua inipun melaksanakannya."
 
Kemmudian, diriwayatkan dari Tsabit, beliau menceritakan,
Bapakku termasuk orang yang rajin Tahajud di kegelapan malam. Dia bercerita, 'Suatu malam saya bermimpi melihat sosok wanita yang tidak sama dengan wanita pada umumnya. Saya bertanya, "Siapa anda". Dia menjawab: 'Bidadari, hamba perempuan Allah.'  Spontan aku mengiba: 'Nikahkan aku dengan dirimu.' Dia menjawab: 'Lamarlah aku kepada Allah, dan berikanlah aku mahar.' 'Lalu apa maharmu?' Dia menjawab: "Tahajud yang lama."
 
Kisah yang lain tentag Malik bin Dinar. Beliau termasuk ulama yang memiliki rutinitas ibadah berupa bacaan Al-Quran di malam hari. Suatu malam beliau tidur. Tiba-tiba saya bermimpi melihat wanita yang sangat cantik. Dia membaca papan. Sang bidadari bertanya, 'Kamu bisa baca ini?' 'Ya' jawabku. Diapun memberikan papan itu. Ternyata di sana tertulis sebuah bait syair.  
 
Membersihkan masjid, memang hal yang dianjurkan, namun bukan berarti itulah mahar bidadari.
 
 
Referensi: Fatwa islam, no. 102757

Tidak ada komentar:

Posting Komentar