By: Ammy Nur Baits
Tayammum:
Bahasa: Bermaksud [القصد]. Allah berfirman:
ولا تَيَمَّمُوا الخَبِيْثَ منهُ تُنْفِقُون
Janganlah kalian ‘bermaksud’ memilih yang buruk untuk
diinfakkan.(Al-Baqarah: 267)
Syariah: Menggunakan tanah untuk bersuci dengan tata cara
tertentu
Tayammum hanya khusus untuk umat Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam
Dari Jabir Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أُعطيتُ خمساً لم يعطهنَّ أحد قبلي" منها: "وجُعلَت لي الأرضُ مسجداً وطهوراً"
Aku diberi 5 keistimewaan yang tidak diberikan kepada
seorangpun sebelumku: Bumi dijadikan untukku sebagai masjid (tempat shalat) dan
alat bersuci. (HR. Bukhari – Muslim)
Sebab disyariatkannya tayammum
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa beliau meminjam kalung
Asma, kemudian dibawa pergi safar. Ketika singgah, kalung itu hilang. Kemudian
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus para sahabat untuk mencarinya,
sampai akhirnya tiba waktu shalat sementara mereka tidak memiliki air. Akhirnya
mereka mengadukan kpd Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Allah
menurunkan ayat tayammum (QS. Al-maidah ayat 6). Para sahabat-pun berterima
kasih kpd Aisyah. (HR. Bukhari – Muslim)
Syarat boleh tayammum
Allah berfirman:
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ
مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً
فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا
Jika kalian sakit atau sedang safar atau baru buang air atau
selesai hubungan badan, dan kalian tidak menjumpai air maka bertayammumlah
dengan tanah yang bersih..(QS. Al-Maidah: 6)
Tata Cara Tayammum:
Dari Ammar bin yasir:
Saya pernah safar bersama para sahabat lainnya, ternyata aku
junub, namun tidak menjumpai air. Maka aku bergulung di tanah. Setelah sampai
madinah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menasehatkan:
«إِنَّمَا
كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا» فَضَرَبَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الأَرْضَ، وَنَفَخَ فِيهِمَا، ثُمَّ
مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ
“Kamu cukup melakukan seperti ini” kemudian beliau
menepukkan telapak tangannya di tanah, lalu ditiup, kemudian diusapkan ke wajah
dan telapak tangan. (HR. Bukhari – Muslim)
Hanya sekali tepukan tangan
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
التيمُّم ضربة للوجه والكفَّين
Tayammum hanya satu kali tepukan tangan untuk wajah dan
kedua telapak tangan. (HR. Ahmad, Ibn Khuzaimah, Abu Daud, Turmudzi, dll)
Pembatal tayammum
- Semua pembatal wudhu
- Dijumpai air atau bisa menggunakan air
Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّ الصعيد الطيِّب وضوء
المسلم، وإن لم يجد الماء عشر سنين، فإِذا وجد الماء فليمِسَّه بشرته
Sesungguhnya tanah yang suci
adalah ganti wudhunya muslim, meskipun tidak dijumpai air selama 10 tahun. Jika
dia menjumpai air maka harus mencuci kulitnya.. (HR. Ahmad, Abu Daud, Turmudzi,
dll)
Bagaimana jika menjumpai air ketika sedang shalat?
Ibn Hazm mengatakan;
وينقض التيمّم أيضاً وجود الماء، سواء وَجَده في صلاة أو بعد أن
صلّى، أو قبل أن يصلي
Tayammum batal ketika ada air, baik dijumpai ketika shalat,
setelah shalat, atau sebelum shalat. (Al-Muhalla, masalah 234)
Ibn Qudamah mengatakan:
وإِذا وجد المتيمّم الماء وهو في الصلاة؛ خرج فتوضّأ أو اغتسل إِن
كانْ جُنُباً واستقبل الصلاة
Jika orang yang tayammum menjumpai air ketika sedang shalat
maka dia harus membatalkannya, kemudian wudhu atau mandi jika tadi junub,
kemudian shalat lagi
Jika sudah shalat, tidak perlu diulang
Dari Abu Said Al-Khudri,
Ada 2 orang yang safar, ketika datang waktu shalat, mereka
tidak menjumpai air. Kemudian mereka tayammum dan shalat. Setelah melanjutkan
perjalanan, mereka menjumpai air. Yang satu berwudhu dan mengulangi shalatnya,
dan yang satu tidak mengulangi. Hal itupun disampaikan kepada Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam.
فقال للذي لم يُعد: "أصبْت السنّة وأجزأَتْك صلاتك"، وقال
للذي توضّأ وأعاد: "لك الأجر مرتين"
Beliau bersabda kepada yang tidak mengulangi shalat: “Kamu
benar dan shalatmu sah”, dan beliau bersabda kepada yang berwudhu dan
mengulangi shalat: “Kamu mendapatkan 2 pahala.” (Abu Daud, dan dishahihkan
Al-Albani)
Media Tayammum
Allah berfirman:
فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا
Bertayammumlah dengan menggunakan ‘sha’id’ yang suci..(QS.
Al-Maidah: 6)
Syaikhul Islam menjelaskan:
وأمّا الصعيد ففيه أقوال... وقيل: لا يجوز إلاَّ بتراب طاهر، له غبار
يعلق باليد، وهو قول أبي يوسف والشافعي وأحمد في الرواية الأخرى
Tentang ‘sha’id’ ada banyak pendapat ulama... ada yang
mengatakan: tidak boleh tayammum kecuali dg tanah yang suci, ada debunya yang
bisa menempel di tangan. Ini merupakan pendapat Abu Yusuf, As-Syafi’i, Ahmad
menurut keterangan yang lain..(Majmu’ fatawa, 21/364)
Boleh tayammum dengan tembok
Abu Juhaim menceritakan:
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang dari sumur Jamal.
Kemudian beliau ketemu dengan seseorang yang orang itu menyampaikan salam.
Beliau tidak langsung menjawab, sampai beliau mendekat ke tembok, lalu
bertayammum dan beliau menjawab salam. (HR. Bukhari – Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar