Disampaikan oleh: Uztad Ami
Fiالْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا ، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى ، إِنَّمَا هِىَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً ، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِى دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ
Hujan, Ilustrasi Cara Allah Menurunkan Rizqy
l.Allah menurunkan hujan sedikit demi
sedikit, tidak seperti air terjun...
2. Rizki yang diterima manusia
datangnya sedikit demi sedikit...
يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاء إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ {} وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِن بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ
Andaikan Allah
melapangkan rizki seluas-luasnya kepada hambaNya tentulah mereka
akan melampaui
batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang
dikehendaki-Nya dengan
ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan)
hamba-hamba-Nya lagi Maha
Melihat. Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah
mereka berputus asa dan
menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung
lagi Maha Terpuji.” (QS.
As Syuura 27-28)
Jangan pernah merasa rizkinya seret
يبلغه آخر رزق هو له، فأجملوا في الطلب: أخذ الحلال، وترك الحرام
Janganlah kamu
merasa bahwa rezekimu telat datangnya, karena sesungguhnya
tidaklah seorang
hamba akan mati, hingga ia menghabiskan semua rizkinya.
Tempuhlah jalan yang
baik dalam mencari rizki, ambillah yang halal dan tinggalkan
yang haram. (HR.
Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al Hakim, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Adab ketika hujan
Merasa takut
ketika mendung gelap
Allah
berfirman menceritakan keadaan orang kafir:
وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ
“Jika mereka
melihat langit mendung gelap, mereka akan mengatakan: "Itu adalah awan
yang bergulung-gulung" (at-Thur: 44)”
A'isyah
mengatakan:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا رأى ناشئا في أفق من آفاق السماء ترك عمله ... فإن كشفه الله حمد الله وإن مطرت قال اللهم سيبا
“Apabila
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat mendung gelap di langit,
beliau
meninggalkan kegiatannya. Jika Allah menyingkapnya, beliau memuji Allah”
(HR. Bukhari
dalam Adabul Mufrad)
l. Hujan, waktu mustajab untuk berdoa
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
Carilah do’a yang mustajab di 3 waktu: [1] Bertemunya dua pasukan, [2]
Ketika iqamah
untuk shalat, dan [3] Saat hujan turun.” (HR. Imam Syafi’i dalam Al Umm dan Al Baihaqi)
2. Berharap agar menjadi hujan yang
berkah
Doa yang
dianjurkan untuk dibaca:
اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاًYa Allah, jadikanlah hujan yang bermanfaat... (HR. Bukhari
Mengambil Berkah dari Air Hujan
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah kehujanan. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghilangkan
menghujan-hujankan bajunya hingga basah Kemudian kami mengatakan, ‘Ya
Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?’ Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى
“Karena dia baru saja Allah ciptakan.” (HR. Muslim no. 2120)
Hanya pada
awal turunnya hujan...
An Nawawi mengatakan,
هذا الحديث دليل لقول أصحابنا أنه يستحب عند أول المطر أن يكشف غير عورته ليناله المطر
“Dalam hadits ini terdapat dalil yang menguatkan pendapat syafi’iyah, bahwa dianjurkan
membuka anggota badan selain aurat pada awal turunnya hujan, agar terkena air hujan
tersebut. (Syarh Shahih Muslim,
6/196)
Jangan bersedih karena hujan
Hujan adalah
nikmat yang wajib untuk disyukuri
Dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Allah berfirman:
يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ ، بِيَدِى الأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
Anak adam menyikit-Ku. Mereka mencela waktu, padahal
Aku yang mengatur waktu.
Segala sesuatu ada di tangan-Ku, Aku yang mengatur
siang & malam. (HR. Bukhari 4826
Ketika Hujan Lebat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a,
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah,
turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan
tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR. Bukhari no. 1013)
Do’a Setelah Turunnya Hujan
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ
Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah berfirman:
“Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir.
Siapa yang mengatakan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’
(Kita diberi hujan karena
karunia dan rahmat Allah), maka dia beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-
bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi
hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dia kufur kepada-Ku dan beriman pada
bintang-bintang.” (HR.
Muslim no. 240)
Ada apa dengan
petir?
Hakekat Petir
Dari Ibn
Abbas: Ada orang yahudi yang mendatangi Nabi shallallahu 'alahi wa sallam dan
bertanya: Jelaskan kepada kami tentang petir?
Nabi
shallallahu 'alahi wa sallam menjawab:
ملك من الملائكة موكل بالسحاب معه مخاريق من نار يسوق بها السحاب حيث شاء الله
Itu adalah malaikat yang ditugasi untuk mengen-dalikan awan. Dia membawa tombak api,
dan dia kendalikan awan itu dengannya, sesuai dengan kehendak Allah. (HR. Turmudzi,
shahih)
Doa mendengar petir
Doa pertama,
سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ
“Maha suci
Dzat, dimana petir bertasbih kepada-Nya” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 722)
Doa yang
kedua:
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
“Mahasuci Allah, dimana petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa
takut kepada-Nya” (HR. Bukhari, dalam adab al-Mufrad)
Keringanan
Ketika Hujan
Shalat di Rumah
Dari Ibn Umar, beliau mengatakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُ الْمُؤَذِّنَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةٌ بَارِدَةٌ ذَاتُ مَطَرٍ يَقُولُ « أَلاَ صَلُّوا فِى الرِّحَالِ »
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan muadzin, apabila malam dingin
dan turun hujan, hendaknya menambahkan adzannya: Alaa shalluu fir rihaal.. (shalatlah
di rumah kalian).”
(HR. Muslim no. 1632)
Kalimat yang lain
Dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan kepada mu’adzin pada saat hujan, “Apabila engkau
mengucapkan ‘Asyhadu allaa ilaha illalloh, asyhadu anna Muhammadar Rasulullah’, maka
janganlah engkau ucapkan ‘Hayya ‘alash sholaah’. Tetapi ucapkanlah ‘Sholluu fii
buyutikum’ [Sholatlah di rumah kalian]. (HR. Muslim no. 1637)
Menjama' shalat (khusus malam)
Imam Malik dalam Al Muwatho’ mengatakan dari Nafi’ bahwa Abdullah
bin Umar, apabila para amir (imam shalat, ed) menjama’ shalat Maghrib dan Isya’ ketika hujan, beliau menjama’ bersama mereka. (Mukhtashor Irwa’il Gholil, hadits no. 583)
Dari Musa
bin Uqbah, sesungguhnya Umar bin Abdul
Aziz biasa menjama’ shalat Maghrib dan Isya’ ketika hujan.. (HR. Al Baihaqi, dikatakan Shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)
Ukuran hujan
yang menyebabkan boleh jama'
Ibnu Qudamah dalam kitab Al Mughni, 2/375, “Hujan yang dibolehkan seseorang
menjama’ shalat adalah yang membasahi pakaian dan menimbulkan kesulitan ketika
keluar pada saat hujan. Adapun hujan gerimis (rintik-rintik) yang tidak membasahi
pakaian maka tidak dibolehkan untuk menjama’ shalat.”
Allahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar