NGOBAR ASSALAM

Ngobar Assalam, ikuti dan kunjungi Ngobar Assalam di Masjid Assalam Minomartani setiap hari Minggu Pagi sehabis sholat jama'ah Subuh.

Selasa, 10 November 2015

Properti dan Dunia bagi Muslim



Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah, wa ba'du,

Berikut ini adalah beberapa mukadimah yang diajarkan dalam al-Quran dan sunah, tentang status harta dan kekayaan bagi kehidupan seorang muslim.

Pertama, kaya dan miskin hukum asalnya tidak tercela dan tidak terpuji
Memiliki harta, hukum asalnya mubah. Demikian pula, ketika seseorang dalam kondisi tidak mampu. Tidak ada unsur pujian maupun celaan dalam syariat.
Karena menjadi kaya maupun miskin, semua tidak diatur dan ditaqdirkan oleh Allah.

Untuk itulah, baik kaya maupun miskin, keduanya Allah jadikan sebagai fitnah (ujian) bagi manusia.
Allah berfirman,
ونبلوكم بالشر والخير فتنة وإلينا ترجعون
"Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah." (QS. Al-Anbiya: 35)

Sehingga, yang menjadi masalah bagi hidup manusia, bukan persoalan kaya atau miskin. Namun, yang perlu mereka pikirkan adalah bagaimana menyikapi kekayaan dan kemskinan dengan benar.

Betapa banyak orang kaya yang jadi menyimpang karena tertipu dengan kekayaannya. Meskipun tidak sedikit orang miskin yang sesat gara-gara tes kemiskinan yang tidak mampu dia hadapi dengan baik.

Catatan:
Ada hadis yang menyatakan,
كاد الفقر أن يكون كفرا
"Hampir saja yang namanya kefakiran akan mengantarkan orang menjadi kufur."
Hadis ini diriwayatkan Ibnu Sakan dalam al-Mushannaf dan Ibnu Adi al-Kamil. Dalam sanadnya ada perawi bersanama Yazid ar-Raqqasyi, perawi dhaif. Para ulama menyebut hadis ini sebagai hadis palsu (as-Silsilah ad-Dhaifah, 4/377)

Hadis ini dhaif dari sisi sanad (jalur perawi) dan tidak shahih dari sisi matan (isi teks hadis). Karena jika fakir itu mengantarkan manusia ke dalam kekufuran, maka fakir berarti sangat merugikan. Sementara menjadi fakir, itu di luar pilihan manusia.
Bisa saja ada orang yang berusaha bekerja dengan baik, namun ternyata dia tidak bisa kaya. Sehingga bagaimana mungkin seseorang mengalami keadaan di luar keinginannya, sementara dia harus dihukum karena tidak mampu.

Mana yang lebih utama, kaya yang bersyukur ataukah miskin yang sabar?
Ulama berbeda pendapat dalam hal ini.
Sebagian ulama berpendapat, kaya yang bersyukur lebih utama. Karena jumlah orang yang bersyukur sedikit. Allah berfirman,
وقليل من عبادي الشكور
"Sedikit diantara hamba-Ku yang pandai bersyukur" (QS. Saba: 13)

Ada juga yang berpendapat, miskin penyabar lebih utama. Karena kekayaan bisa menjadi sumber fitnah bagi manusia. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lebih takut ketika dunia disajikan untuk umatnya, sehingga mereka berebut kekayaan.

Pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah siapa yang lebih bertaqwa, dia yang paling utama. Baik kaya atau miskin. Karena Allah berfirman,
إن أكرمكم عند الله أتقاكم
"Orang yang paling mulia di sisi Allah di tengah kalian adalah orang yang paling bertaqwa." (QS. Al-Hujurat: 13).

Karena itulah, pujian yang Allah berikan kepada Sulaiman - sebagai nabi terkaya - dan pujian yang Allah berikan kepada Ayyub - sebagai nabi termiskin - adalah sama. Ketika Allah memuji Sulaiman dan Ayub, Allah mengatakan,
نعم العبد إنه أواب
Dia sebaik-baik hamba dan suka kembali (bertaubat). (QS. Shad: 44).

Kedua, Fitnah dunia tidak hanya dialami orang kaya, orang miskin juga mengalaminya
Fitnah dunia, sebagaimana bisa menimpa orang kaya, juga bisa menimpa orang miskin.
Bisa jadi ada orang miskin yang lebih tamak dunia, dibandingkan orang kaya. Sehingga si miskin lebih terfitnah terhadap dunia dari pada si kaya. Dan sebaliknya.
Dari Abu Kabsyah al-Anmari radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,
إنما الدنيا لأربعة نفر عبد رزقه الله مالا وعلما فهو يتقى فيه ربه ويصل فيه رحمه ويعلم لله فيه حقا فهذا بأفضل المنازل وعبد رزقه الله علما ولم يرزقه مالا فهو صادق النية يقول لو أن لى مالا لعملت بعمل فلان فهو بنيته فأجرهما سواء وعبد رزقه الله مالا ولم يرزقه علما فهو يخبط فى ماله بغير علم لا يتقى فيه ربه ولا يصل فيه رحمه ولا يعلم لله فيه حقا فهذا بأخبث المنازل وعبد لم يرزقه الله مالا ولا علما فهو يقول لو أن لى مالا لعملت فيه بعمل فلان فهو بنيته فوزرهما سواء
Sesungguhnya dunia ini hanya milik empat golongan manusia,
[1] Seorang hamba yang dikaruniai harta dan ilmu. Kemudian dengan kekayaannya itu, dia bertakwa kepada Rabb-nya, menyambung silaturrahim dan mengetahui hak-hak Allah. Inilah posisi manusia yang paling mulia.
[2] Seorang hamba yang dikaruniai ilmu tapi tidak dikaruniai harta. Dengan kejujuran niatnya, dia mengatakan, 'Jika seandainya aku memiliki harta seperti fulan, maka aku akan beramal seperti amalannya si fulan itu.' Dengan niat seperti ini, maka pahala keduanya sama.
[3] Seorang hamba yang dikaruniai harta namun tidak diberi ilmu, lalu ia membelanjakan hartanya secara serampangan tanpa dasar ilmu. Tidak dia gunakan untuk bertakwa kepada Rabbnya, tidak pula untuk menyambung silaturrahim, dan tidak mengetahui hak Allah pada hartanya. Dia berada pada posisi paling rendah.
[4] Dan seorang hamba yang tidak dikaruniai oleh Allah harta maupun ilmu. Lantas ia berkata: 'Kalau seandainya aku memiliki harta seperti fulan, niscaya aku akan berbuat seperti yang dilakukan si Fulan.' Dengan niatnya itu, menjadikan dosa keduanya sama. "
(HR. Tirmidzi 2325 dan Ahmad 18194).

Ketiga, Fitnah Dunia bisa lebih berbahaya
Setiap umat memiliki fitnah. Kondisi yang membuat mereka jadi rusak agamanya.
Ada yang fitnahnya Allah letakkan pada kekuatannya, seperti kaum Ad yang didakwahi Nabi Hud.   
Ada yang fitnahnya berada pada wanita, seperti bani Israil.
Sementara fitnah umat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah letakkan pada properti.

Dari Ka'ab bin Iyadh radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,
إن لكل أمة فتنة وفتنة أمتى المال
Setiap umat memiliki fitnah dan fitnah umatku adalah harta. (HR. Turmudzi 2507 & Ahmad 17934)

Banyaknya harta yang Allah berikan kepada umat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, membuat mereka saling berebut dan saling memusuhi. Allah berfirman,
ولو بسط الله الرزق لعباده لبغوا في الأرض ولكن ينزل بقدر ما يشاء
"Andai Allah bentangkan rizki untuk para hamba-Nya seluas-luasnya, niscaya mereka akan bertindak melampaui batas. Akan tetapi, Allah turunkan rizki itu dengan takaran sesuai yang Dia kehendaki. "(QS. As-Syura: 27)

Karena itulah, yang lebih ditakutkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada umatnya bukan kemiskinan, tapi kekayaan, yang membuat mereka berebut dunia.
Dari Abu Ubaidah bin Jarrah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,
فوالله ما الفقر أخشى عليكم. ولكنى أخشى عليكم أن تبسط الدنيا عليكم كما بسطت على من كان قبلكم فتنافسوها كما تنافسوها وتهلككم كما أهلكتهم
Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan menimpa kalian. Namun yang lebih aku takutkan, ketika dunia dibentangkan untuk kalian, sebagaimana disajikan untuk umat sebelum kalian. Lalu kalian berlomba mendapatkannya, sebagaimana dulu mereka berlomba. Lalu dunia itu membinasakan kalian, sebagaimana dunia membinasakkan mereka. (HR. Bukhari 3158 & Muslim 7614)

Contoh Bahaya Dunia bagi Agama Manusia
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi gambaran sebagai berikut,
Dari Ka'ab bin Malik radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,
ما ذئبان جائعان أرسلا فى غنم بأفسد لها من حرص المرء على المال والشرف لدينه
Dua serigala lapar yang dilepas di kandang kambing, tidaklah lebih merusak dibandingkan keserakahan seseorang terhadap dunia dan departemen, yang bisa merusak agamanya. (Ahmad 16198, Turmudzi 2550, Ibn Hibban 3228 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Salah satu alasan Firaun dan bala tentaranya membangkang kepada Musa adalah karena mereka memiliki kekayaan. Sehingga untuk melemahkan hal ini, Nabi Musa 'alaihi salam berdoa kepada Allah, agar Firaun dan pengikutnya dibuat jadi miskin, dibinasakan hartanya. Musa berdosa,
وقال موسى ربنا إنك آتيت فرعون وملأه زينة وأموالا في الحياة الدنيا ربنا ليضلوا عن سبيلك ربنا اطمس على أموالهم
Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami - akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka .. (QS. Yunus: 88)

Keempat, Anda punya dunia seisinya
Jika kita perhatikan, nikmat yang Allah berikan telah memenuhi seluruh kebutuhan kita. Bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan, jika orang itu memiliki 3 nikmat, maka dia memiliki dunia seisinya.
Dalam hadis dari Ubaidullah bin Mihshan radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,
من أصبح منكم معافى فى جسده آمنا فى سربه عنده قوت يومه فكأنما حيزت له الدنيا
Siapa yang di pagi hari dalam kondisi sehat jasadnya, aman di tempat tinggalnya, dan dia memiliki makanan di hari itu, seolah disajikan untuknya dunia. (HR. Turmudzi & Ibn Majah)

Ketiga nikmat ini merupakan modal dasar manusia bisa hidup nyaman di dunia:
[1] Sehat: dengan ini dia bisa merasakan kelezatan indera
[2] Aman: dengan ini dia tidak dihantui rasa takut dan cemas. Sehingga kita bisa melakukan banyak aktivitas tanpa gangguan.
[3] Makanan: dengan ini dia punya bekal untuk hidup.

Karena itulah, orang musyrikin Quraisy, mereka diminta masuk islam dengan diingatkan akan nikmat aman dan makanan. Allah berfirman,
فليعبدوا رب هذا البيت () الذي أطعمهم من جوع وآمنهم من خوف
hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah) () Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (QS. Quraisy: 3)

Kelima, Hidup pasti ada musibah
Tidak ada hidup tanpa musibah. Baik musibah fisik maupun musibah batin. Karena itulah, Allah sebut, manusia itu sangat kelelahan. Allah berfirman,
يا أيها الإنسان إنك كادح إلى ربك كدحا فملاقيه
Hai manusia, sesungguhnya kalian benar-benar sangat kelelahan menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. (QS. Al-Insyiqaq: 6).
Adanya berbagai musibah lahir batin, membuat mereka sangat kelelahan.

Diantara tujuan besar kaum muslimin diberi musibah adalah agar mereka tidakk terlalu betah dengan dunia, sehingga mereka melupakan akhirat.
Hasan al-Bashri pernah mengingatkan,
إن الدنيا دار ظعن وليست بدار إقامة, وإنما أنزل آدم عليه السلام إليها عقوبة
Sesunguhnya dunia adalah negara tempat singgah dan bukan tempat untuk menetap. Dan sesungguhnya Adam 'alaihis salam diturunkan ke dunia sebagai hukuman. (az-Zuhud, Ibn Abi Dunya).

Untuk itulah, tes yang Allah berikan kepada umat manusia, bertingkat-tingkat, sesuai kadar imannya.
Ujian terbesar Allah berikan kepada para nabi & orang-orang saleh, sesuai tingkat kesalehannya.
Sa'ad bin Abi Waqqas pernah bertanya,
"Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling besar ujiannya?"
Jawab beliau,
الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل يبتلى العبد على حسب دينه
Para nabi, kemudian manusia di bawahnya, lalu di bawahnya lagi. Manusia diberi ujian sesuai tingkatan agamanya. (HR. Ahmad & Ibn Hibban)

Adanya musibah akan menguji manusia, siapa diantara mereka yang mau beribadah dalam semua kondisi. Tidak hanya pilih-pilih.
Hanya beribadah ketika rizki lagi lancar, tubuh sedang sehat, hanya mau shalat jika punya duit, dst. adalah contoh praktek ibadahnya orang-orang munafiq.
Dalam al-Quran, Allah ceritakan model manusia yang hanya mau masuk islam dan membela islam, ketika islam itu menguntungkan bagi hidupnya. Allah sebut orang semacam ini beribadah di pinggiran. Allah berfirman,
ومن الناس من يعبد الله على حرف فإن أصابه خير اطمأن به وإن أصابته فتنة انقلب على وجهه خسر الدنيا والآخرة
Di antara manusia ada orang yang menyembah Allah di pinggiran. Ketika dia memperoleh kebaikan, dia merasa yakin dengan kondisi itu, dan jika dia ditimpa ujian, dia murtad, berbalik ke belakang. Rugilah dia di dunia dan di akhirat. (QS. Al-Hajj: 11)

Keenam, Inti kaya adalah qanaah dan merasa cukup
Ada beberapa doa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang isinya meminta al-ghina (kekayaan). Diantaranya, ia memohon kepada Allah,
اللهم إنى أسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, iffah (penjagaan kehormatan), dan kekayaan. (HR. Muslim)
Makna beliau minta kekayaan dalam hadis di atas adalah minta kecukupan batin, dan qanaah. Sebagaimana ditafsirkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,  
ليس الغنى عن كثرة العرض, ولكن الغنى غنى النفس
Hakekat kaya bukanlah kaya harta, tapi hakekat kaya adalah kaya batin. (HR. Bukhari & Muslim)

Karena itulah, Allah menempatkan ketenangan dan kebahagiaan itu ketika seseorang memiliki perasaan selalu merasa cukup (qanaah)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,
قد أفلح من أسلم ورزق كفافا وقنعه الله بما آتاه
Sungguh beruntung orang yang masuk islam, diberi rizki yang cukup, dan Allah buat dia qanaah terhadap apa yang Allah berikan untuknya. (HR. Muslim)

Ketujuh, Sumber terbesar kesusahan dalam hidup adalah hasad
Karena perasaan ini, manusia tidak bisa dengan nyaman menikmati kenikmatan yang dia miliki. Hatinya selalu dihantui perasaan ingin memiliki apa yang ada di tangan orang lain. Sehingga dia lupa dengan apa yang dia miliki.

Untuk itulah, bagian dari keikmatan surga, Allah hilangkan rasa hasad dalam hati mereka.
Allah berfirman,
ونزعنا ما في صدورهم من غل إخوانا على سرر متقابلين
Kami lenyapkan segala rasa dendam dan kebencian yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (QS. Al-Hijr: 47)

Bahkan ini adalah kunci terbesar, ahli surga bisa menikmati surga. Allah jadikan mereka sehati, tidak ada dengki dan iri.
Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,
ولكل واحد منهم زوجتان, يرى مخ سوقهما من وراء اللحم من الحسن, لا اختلاف بينهم ولا تباغض, قلوبهم قلب واحد, يسبحون الله بكرة وعشيا
"... Masing-masing mereka memiliki dua istri. Sumsum tulang betisnya terlihat di balik daging, karena saking indahnya. Tidak ada perselisihan dan permusuhan diantara mereka. Mereka sehati, senantiasa bertasbih mensucikan Allah, pagi dan sore. "(HR. Bukhari 3245, Muslim 2843, dan yang lainnya)


Ibnul Jauzi mengatakan,
وما طاب عيش أهل الجنة إلا حين نزع الحسد والغل من صدورهم. ولولا أنه نزع; تحاسدوا وتنغص عيشهم
Kehidupan penduduk surga tidak terasa nikmat, sampai ketika Allah cabut rasa dendam dan kebencian dari hati mereka. Andai sifat ini tidak dibersihakan, mereka akan saling hasad, dan kehidupan mereka akan tertekan. (Shaidul Khathir, hlm. 152)

Mengingat ini penyakit batin yang sulit untuk disembuhkan, hasad bisa dialami semua orang.
Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk melawan hasad adalah dengan mendoakan kebaikan orang yang menjadi sasaran hasad. Misalnya dengan membaca doa,
اللهم زد له فضلا واعطني خيرا منه
Ya Allah, tambahkan karunia untuk si Fulan dan berikanlah aku yang lebih bik darinya.

Semoga Allah memberikan hidayah dan membimbing kita kekuatan untuk istiqamah di atas kebenaran.

Allahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar