Bekerja Sebagai Satu Kewajiban Seorang Hamba Kepada Allah SWT
PENGAJIAN
MAULUD NABI MUHAMMAD SAW
14 RABI’UL AWAL 1431
28 FEBRUARI 2010
BERSAMA
dr PROBO SUSENO Sp.PD,K-Ger
KERJA
SAMA
YASKARIM & MASJID AS-SALAM
•Allah SWT memerintahkan bekerja kepada setiap hamba-hamba-Nya (QS. Attaubah/ 9 :
105) :
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah:
"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan".
•Seorang insan
minimal sekali diharuskan untuk dapat memberikan nafkah kepada dirinya
sendiri, dan juga kepada keluarganya.
•Dalam Islam
terdapat banyak sekali ibadah yang tidak mungkin dilakukan tanpa biaya &
harta, seperti zakat, infak, shadaqah, wakaf, haji dan umrah. Sedangkan biaya/ harta
tidak mungkin diperoleh tanpa proses kerja. Maka bekerja untuk memperoleh harta
dalam rangka ibadah kepada Allah
menjadi wajib. Kaidah fiqhiyah mengatakan :
مَالاَ يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
Suatu kewajiban yang tidak bisa dilakukan melainkan dengan pelaksanaan sesuatu, maka
sesuatu itu hukumnya wajib.
Keutamaan (Fadhilah) Bekerja Dalam Islam
•Orang yang ikhlas bekerja akan mendapatkan ampunan dosa dari Allah
SWT. Dalam sebuah
hadits diriwayatkan :
مَنْ أَمْسَى كَالاًّ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ أَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ (رواه الطبراني)
Barang siapa yang
sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya,
maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. (HR.
Thabrani)
•Akan diampuninya suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan shalat, puasa, zakat, haji
&
umrah. Dalam sebuah riwayat dikatakan :
إِنَّ مِنَ الذُّنُوْبِ لَذُنُوْبًا، لاَ تُكَفِّرُهَا الصَّلاةُ وَلاَ الصِّياَمُ وَلاَ الْحَجُ وَلاَ الْعُمْرَةُ، قَالَ وَمَا تُكَفِّرُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ الْهُمُوْمُ فِيْ طَلَبِ الْمَعِيْشَةِ (رواه الطبراني)
‘Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu, terdapat satu dosa yang tidak dapat dihapuskan
dengan shalat, puasa, haji dan umrah.’ Sahabat bertanya, ‘Apa yang dapat
menghapuskannya wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Semangat dalam mencari rizki.’
(HR. Thabrani) itu hukumnya wajib.
•Mendapatkan ‘Cinta Allah
SWT’. Dalam sebuah riwayat digambarkan :
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِفَ (رواه الطبراني)
Sesungguhnya Allah
SWT mencintai seorang mu’min yang giat bekerja. (HR.
Thabrani)
•Terhindar dari azab neraka
Dalam sebuah riwayat dikemukakan,
"Pada suatu saat, Saad bin Muadz Al-Anshari berkisah
bahwa ketika Nabi Muhammad SAW baru kembali dari Perang Tabuk, beliau melihat tangan
Sa'ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari.
Rasulullah bertanya, 'Kenapa tanganmu?' Saad menjawab, 'Karena aku mengolah tanah
dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku." Kemudian
Rasulullah SAW mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata, 'Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh oleh api neraka'" (HR. Tabrani)
Rumusan Bekerja Dalam IslamJAMSOS - AKH
JAMSOS – AKH yaitu Jaminan Sosial Akhirat = SURGA
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu'min lelaki dan perempuan, (akan
mendapat) syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di
dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat tinggal yang bagus di syurga `Adn. Dan
keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS.
Attaubah, 9 : 72)
Bekerja
Yang Shahih = Surga
العمل الصحيح = الجنة
Pertanyaan Besar Tentang Pekerjaan Kita
•Apakah pekerjaan yang kita lakukan akan mengantarkan kita ke surga?
•Apa syarat – syarat yang dapat menjadikan pekerjaan kita sebagai sarana untuk
mendapatkan surga Allah
SWT?
Bagaimana menjadikan pekerjaan kita sebagai sarana untuk mendapatkan surga
Syarat Mendapatkan Surga Dengan Bekerja
1.Niat Ikhlas Karena Allah
SWT
النية الخاصة لله تعالى
Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena Allah
SWT sebagai
kewajiban dari Allah
yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Dan
konsekwensinya adalah ia selalu memulai aktivitas pekerjaannya dengan dzikir
kepada Allah. Ketika berangkat dari rumah, lisannya basah dengan doa bismillahi
tawakkaltu alallah.. la haula wala quwwata illa billah.. Dan ketika pulang ke
rumahpun, kalimat tahmid menggema dalam dirinya yang keluar melalui lisannya.
. Itqan, sungguh-sungguh dan profesional dalam bekerja
الإتقان في العمل
Syarat kedua agar pekerjaan dijadikan sarana mendapatkan surga dari Allah SWT
adalah profesional, sungguh-sungguh dan tekun dalam bekerja.
Diantara bentuknya adalah, tuntas melaksanakan pekerjaan yang diamanahkan
kepadanya, memiliki keahlian di bidangnya dsb.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبراني)
Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, ia
menyempurnakan pekerjaannya. (HR. Tabrani_
. Bersikap Jujur & Amanah
الصدق والأمانة
Karena pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut merupakan
amanah, baik secara duniawi dari atasannya atau pemilik usaha, maupun
secara duniawi dari Allah
SWT yang akan dimintai pertanggung jawaban
atas pekerjaan yang dilakukannya. Implementasi jujur dan amanah dalam
bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang bukan
menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
التَّاجِرُ الصَّدُوْقُ اْلأَمِيْنُ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ (رواه الترمذي)
Seorang pebisnis yang jujur lagi dapat dipercaya, (kelak akan dikumpulkan)
bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’.
(HR. Turmudzi)
. Menjaga Etika Sebagai Seorang Muslim
التخلق بالأخلاق الإسلامية
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang
muslim, seperti etika dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul,
makan, minum, berhadapan dengan
customer, rapat, dan sebagainya.
Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman
seorang mu'min.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه الترمذي)
Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang paling
baik akhlaknya (HR. Turmudzi)
Tidak Melanggar Prinsip-Prinsip Syariah
مطبقا بالشريعة الإسلامية
Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh
melanggar prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang
dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi
menjadi beberapa hal :
Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti
memporduksi tidak boleh barang yang haram, menyebarluaskan
kefasadan (seperti pornografi), mengandung unsur riba, maysir,
gharar dsb.
Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan
pekerjaan, seperti risywah, membuat fitnah dalam persaingan,
tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan
perempuan, dsb.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلاَ تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah
kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-
amalmu. (QS. Muhammad, 47 : 33)
Menghindari Syubhat
الإبتعاد عن الشبهات
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan
adanya syubhat atau sesuatu
yang meragukan dan samar
antara kehalalan dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur
pemberian dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu
kepentingan terntentu. Atau seperti bekerja sama dengan
pihak-pihak yang secara umum diketahui kedzliman atau
pelanggarannya terhadap syariah. Dan syubhat semacam ini
dapat berasal dari internal maupun eksternal.
Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan
ini. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, "Halal itu
jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada
perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang
terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia
terjerumus pada yang diharamkan..." (HR. Muslim)
. Menjaga Ukhuwah Islamiyah
المراعاة بالأخوة الإسلامية
Aspek lain
yang juga sangat penting diperhatikan adalah
masalah ukhuwah islamiyah antara sesama muslim.
Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan
perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah
SAW sendiri mengemukakan tentang hal yang bersifat
prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di
kalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan, "Dan
janganlah kalian membeli barang yang sudah dibeli
saudara kalian" Karena jika terjadi kontradiktif dari
hadits di atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah
Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su'udzon dsb.
والحمد لله رب العالمين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar