NGOBAR ASSALAM

Ngobar Assalam, ikuti dan kunjungi Ngobar Assalam di Masjid Assalam Minomartani setiap hari Minggu Pagi sehabis sholat jama'ah Subuh.

Rabu, 28 Januari 2015

Meninggal Malam Jumat, Jaminan Aman dari Siksa Kubur



Benarkah orang yang meninggal di malam jumat tidak mendapat pertanyaan kubur? Karena Raja Saudi, Raja Abdullah meninggalnya malam jumat. Apakah ini keistimewaan bagi beliau? Karena ada beberapa orang yang begitu bahagia dengan kematian beliau. Seperti ISIS.

Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Kita perhatikan beberapa hadis berikut,
Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
Setiap muslim yang meninggal di hari jumat atau malam jumat, maka Allah akan memberikan perlindungan baginya dari fitnah kubur. (HR. Ahmad 6739, Turmudzi 1074 dan dihasankan al-Albani).

Makna: ‘Allah akan memberikan perlindungan baginya dari fitnah kubur’ dijelaskan al-Mubarokfury dalam Syarh Sunan Turmudzi,
أي حفظه الله من فتنة القبر أي عذابه وسؤاله، وهو يحتمل الإطلاق والتقييد، والأول هو الأولى بالنسبة إلى فضل المولى
Artinya, Allah jaga dia dari fitnah kubur, yaitu pertanyaan dan adzab kubur. Dan hadis ini bisa dimaknai mutlak (tanpa batas) atau terbatas. Namun makna pertama (mutlak) lebih tepat, mengingat karunia Allah yang sangat luas. (Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi, 4/160).

Cara Agar Bisa Meninggal Hari Jumat
Semua aktivitas kita diliputi ruang dan waktu. Dan dari dua ini, manakah yang lebih memungkinkan direncanakan? Kita sepakat, ruang (tempat) lebih memungkinkan. Karena lebih permanen. Berbeda dengan waktu yang terus berjalan secara dinamis.
Kita tarik untuk kasus kematian...
Ada orang merencanakan,
Saya ingin mati di usia 63 tahun
Saya ingin mati di jogja
Dari kedua pernyataan ini, mana yang lebih memungkinkan untuk direncanakan?
Jawabannya, yang kedua. Ketika ada orang yang bertekad ingin mati di jogja, dia bisa berusaha untuk selalu menetap di jogja apapun kondisinya. Meskipun bisa jadi, Allah menghendakinya meninggal di kota lain. Dengan Allah ciptakan sebab yang menggiring orang ini untuk meniggal di kota lain.

Dalam al-Quran, Allah menegaskan bahwa manusia tidak ada yang tahu DI MANA dia akan meninggal. Allah tidak berfirman, manusia tidak ada yang tahu KAPAN dia akan meninggal.
Allah berfirman,
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
Tidak ada satupun jiwa yang mengetahui di belahan bumi mana dia akan meninggal. (QS. Luqman: 34).
Artinya, jika tempat saja manusia tidak tahu, apalagi waktu. Sementara merencanakan tempat meninggal, itu lebih memungkinkan dari merencanakan waktu meninggal.

Karena itu, untuk bisa meninggal hari jumat atau malam jumat, manusia sama sekali tidak memiliki peran di atas. Semua itu murni kehendak Allah. Allah pilih siapa diantara hamba-Nya yang berhak mendapatkan keutamaan itu. Sementara manusia hanya bisa berdoa dan berharap.
Al-Hafidz Ibnu Hajar menuliskan,
قال الزين ابن المنيِّر: تعيين وقت الموت ليس لأحد فيه اختيار، لكن في التسبب في حصوله مدخل؛ كالرغبة إلى الله لقصد التبرك، فمن لم تحصل له الإجابة أثيب على اعتقاده
Az-Zain Ibnul Munayir menjelaskan: ‘Tidak ada seorangpun yang memiliki pilihan untuk menentukan waktu kematian. Hanya saja dia punya kesempatan untuk mengambil sebab agar bisa mendapatkannya. Seperti banyak berharap kepada Allah untuk tujuan mengambil berkah. Ketika harapannya tidak terwujud, dia mendapatkan pahala atas keyakinannya.’ (Fathul Bari, Syarh Shahih Bukhari, 3/253).

Bahagia dengan Kematian Mukmin
Menampakkan kebahagiaan ketika ada sesama saudara muslim yang tertimpa musibah, disebut as-Syamatah. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang keras tindakan ini.
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فَيَرْحَمُهُ اللَّهُ وَيَبْتَلِيكَ
Janganlah kalian menampakkan syamatah di hadapan saudaramu. Bisa jadi Allah merahmati saudaramu, kemudian Allah membalik keadaan dengan memberikan ujian untukmu. (HR. Turmudzi 2694 dan dinilai al-Albani sebagai hadis Hasan Gharib).

Kita tidak tahu, apa kaitan mereka dengan raja Abdullah? Sehingga mereka begitu senang dan gembira dengan kematian beliau. Apakah raja Abdullah pernah mendzalimi mereka? Mereka bukan rakyat Saudi, bagaimana raja Saudi bisa mendzalimi mereka yang bukan rakyatnya.
Namanya manusia, pasti ada kesalahan dan kekurangan. Dan kita diperintahkan untuk tutup mulut, tidak memberikan komentar miring kepada orang yang melakukan kesalahan, ketika yang bersangkutan telah meninggal.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسُبُّوا الأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا
Janganlah kalian mencela orang yang telah mati, karena mereka telah medapat balasan dari amal mereka. (HR. Ahmad 26212, Bukhati 1393, dan yang lainnya)  

Semoga kita bisa memahaminnya

Senin, 19 Januari 2015

Allah Benci Orang Gendut?



Benarkah Allah membenci orang gemuk? Mohon pencerahannya? Trim’s
Aab N - Sleman

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Ada beberapa dalil yang menunjukkan celaan bagi orang gemuk karena banyak makan. Diantaranya, 
Dari Imran bin Hushain Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ، وَيَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَنْذِرُونَ وَلاَ يَفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ
Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian masa setelahnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan". (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638)

Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ أُمَّتِى الْقَرْنُ الَّذِينَ بُعِثْتُ فِيهِمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ... ثُمَّ يَخْلُفُ قَوْمٌ يُحِبُّونَ السَّمَانَةَ، يَشْهَدُونَ قَبْلَ أَنْ يُسْتَشْهَدُوا
"Sebaik-baik umatku adalah masyarakat yang aku di utus di tengah mereka (para sahabat), kemudian generasi setelahnya. Kemudian datang kaum yang suka menggemukkan badan, mereka bersaksi sebelum diminta bersaksi.” (HR. Muslim 6636 dan Ahmad 7322)

Keterangan al-Qurthubi (w. 671 H)
Ketika menyebutkan hadis di atas, beliau mengatakan,
وهذا ذم. وسبب ذلك أن السمن المكتسب إنما هو من كثرة الأكل والشره، والدعة والراحة والأمن والاسترسال مع النفس على شهواتها، فهو عبد نفسه لا عبد ربه، ومن كان هذا حاله وقع لا محالة في الحرام
Hadits ini adalah celaan bagi orang gemuk. Karena gemuk yang bukan bawaan penyebabnya banyak makan, minum, santai, foya-foya, selalu tenang, dan terlalu mengikuti hawa nafsu. Ia adalah hamba bagi dirinya sendiri dan bukan hamda bagi Tuhannya, orang yang hidupnya seperti ini pasti akan terjerumus kepada yang haram...

Allah mencela orang kafir yang hidupnya hanya makan, seperti binatang. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
“Orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (Muhammad:12)

Al-Qurthubi juga menegaskan, tradisi banyak makan, hobi kuliner, adalah kebiasaan orang kafir. Beliau melanjutkan,
وقد ذم الله تعالى الكفار بكثرة الأكل فقال: {وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوىً لَهُمْ}  فإذا كان المؤمن يتشبه بهم، ويتنعم بتنعمهم في كل أحواله وأزمانه، فأين حقيقة الإيمان، والقيام بوظائف الإسلام؟! ومن كثر أكله وشربه كثر نهمه وحرصه، وزاد بالليل كسله ونومه، فكان نهاره هائما، وليله نائما
Allah mencela orang kafir karena banyak makan. Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.”
Karena itu, apabila ada orang mukmin yang meniru tradisi mereka, dan menikmati segala kenikmatan dunia setiap saat, lantas dimana hakikat imannya dan pelaksanaan Islam pada dirinya?!  Barangsiapa yang banyak makan dan minum, maka ia akan semakin rakus dan tamak, bertambah malas dan banyak tidur di malam hari. Siang harinya dipakai untuk makan dan minum, sedangkan malamnya hanya untuk tidur. (Tafsir al-Qurthubi, 11/67).

Hadis lain yang menunjukkan celaan bagi gemuk,
Dari Ja’dah bin Khalid, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melihat ada orang gendut. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menunjuk perutnya,
لَوْ كَانَ هَذَا فِي غَيْرِ هَذَا لَكَانَ خَيْرًا لَكَ
Andai gendut ini tidak di sini, nscaya itu lebih baik bagimu. (HR. Ahmad 15868, dan sanadnya didhaifkan Syuaib al-Arnauth).

Kemudian dalam hadis dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma,
Suatu ketika ada orang bersendawa di dekat Rasullullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu beliau menegurnya,
كفّ عنا جُشاءك ، فإنَّ أكثرهم شبعاً في الدنيا أطولُهم جوعاً يوم القيامة
Jangan keras-keras sendawanya, sesungguhnya orang yang paling sering kenyang di dunia, dia paling lama laparnya di akhirat. (HR. Turmudzi 2666 dan dihasankan al-Albani)

Kemudian, disebutkan pula dalam hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menceritakan salah satu model manusia yang disiksa di hadapan seluruh makhluk,
 إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ العَظِيمُ السَّمِينُ يَوْمَ القِيَامَةِ، لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، وَقَالَ: اقْرَءُوا {فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا}
Sesungguhnya akan didatangkan seseorang yang sangat besar dan gemuk pada hari kiamat, akan tetapi timbangannya di sisi Allah tidak seberat sayap nyamuk. Bacalah firman Allah, (yang artinya), “Dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari 4729 & Muslim 7222).

Ketika menyebutkan hadis di atas, an-Nawawi mengatakan,
"لايزن عند الله جناح بعوضة"  أى لايعدله فى القدر والمنزلة أى لاقدر له وفيه ذم السمن
“Timbangannya di sisi Allah tidak seberat sayap nyamuk” artinya beratnya dan nilainya tidak menyamai sayap nyamuk, artinya tidak ada nilainya. Di sini terdapat celaan bagi kondisi gemuk. (Syarah sahih Muslim, 17/129)

Celaan Imam as-Syafii kepada Orang Gemuk
Dari Hasan bin Idris al-Halwani menyatakan bahwa beliau mendengar komentar Imam as-Syafii tentang orang gemuk,
ما أفلح سمين قط إلا أن يكون محمد بن الحسن
Sama sekali tidak akan beruntung orang yang gemuk, kecuali Muhammad bin Hasan As-Syaibany (Gurunya as-Syafi’i).
Beliau ditanya, “Mengapa demikian?”
Jawab beliau,
لأن العاقل لا يخلو من إحدى خلتين إما أن يغتم لآخرته ومعاده أو لدنياه ومعاشه والشحم مع الغم لا ينعقد فاذا خلا من المعنيين صار في حد البهائم فيعقد الشحم
Karena seorang yang berakal tidak lepas dari dua hal; sibuk memikirkan urusan akhiratnya atau urusan dunianya, sedangkan kegemukan tidak terjadi jika banyak pikiran. Jika seseorang tidak memikirkan akhiratnya atau dunianya berarti dia sama saja dengan hewan, jadilah gemuk. (Hilyah al-Auliya’, 9/146).

Gemuk yang Tidak Tercela
Bagian ini yang dikecualikan, gemuk yang tidak tercela. Gemuk bukan karena malas-malasan, dan bukan karena terlalu banyak makan. Dia tetap menjadi pahlawan bagi umat, dan berusaha melakukan aktivitas yang bermanfaat. Sebagaimana yang dialami Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di penghujung usia beliau dan beberapa sahabat lainnya.
Aisyah menceritakan,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُوتِرُ بِتِسْعِ رَكَعَاتٍ فَلَمَّا بَدَّنَ وَلَحُمَ صَلَّى سَبْعَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ
Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan witir 9 rakaat, setelah beliau mulai gemuk dan berdaging, beliau shalat 7 rakaat. Kemudian shalat 2 rakaat sambil duduk. (HR. Ahmad 26651 dan Bukhari 4557).

Dari Hasan bin Ali Radhiyallahu 'anhuma,
Saya bertanya kepada pamannya, Ibnu Abi Halah tentang ciri fisik Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau mengatakan,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم فخما مفخما
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam orang yang badannya besar. (as-Syamail al-Muhammadiyah Turmudzi, 1/34).
Sebagian menafsirkan kata: fakhman mufakhaman dengan gemuk.

Mula Ali Qori mengatakan,
وَأَمَّا مَا وَرَدَ أَنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ السَّمِينَ ; فَمَحْمَلُهُ إِذَا نَشَأَ عَنْ غَفْلَةٍ وَكَثْرَةِ نِعْمَةٍ حِسِّيَّةٍ كَمَا يَدُلُّ عَلَيْهِ رِوَايَةُ يُبْغِضُ اللَّحَّامِينَ
Riwayat yang menunjukkan bahwa Allah membenci orang gemuk, dipahami jika gemuk ini terjadi karena kelalaian, terlalu banyak menikmati kenikmatan lahir, sebagaimana yang ditunjukkan dalam riwayat tentang kebencian bagi orang gendut. (Jam'ul Wasail fi Syarh as-Syamail, 1/34).

Allahu a’lam

Penghina Nabi-Nya Pasti Binasa



Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Terdapat banyak dalil yang menegaskan bahwa Allah akan membela kehormatan Nabi-Nya ketika ada banyak musuh islam yang berusaha menghina dan melecehkan beliau. Berikut diantaranya,
Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. (QS. al-Ahzab: 57)

Allah juga berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. (QS. al-Mujadilah: 20).



Surat al-Kautsar & Perjalanan Penghina Nabi
Di akhir surat al-Kautsar, Allah menegaskan,
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“Sesungguhnya setiap orang yang membencimu, dialah orang yang terputus dari segala bentuk kebaikan.” (QS. al-Kautsar: 3)

Ayat ini, meskipun turun berkenaan dengan orang kafir Quraisy yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti Abu Jahal, Abu Lahab, al-Ash bin Wail, Uqbah bin Abi Mu’ith, namun hukumnya berlaku umum, bagi setiap manusia yang melecehkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syaikhul Mufassir (bapak ahli tafsir), at-Thabari mengatakan:
إن الله تعالى ذكره أخبره أن مبغض رسول الله صلّى الله عليه وسلم هو الأقل الأذل المنقطع عقبه، فذلك صفة كل من أبغضه من الناس، وإن كانت الآية نزلت في شخص معين
“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengabarkan bahwa orang yang membenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dialah orang yang lemah, hina, yang terputus keturunannya. Itu merupakan sifat bagi setiap manusia yang membenci beliau. Meskipun ayat ini turun berkenan dengan orang tertentu.” (Tafsir at-Thabari, 12:726)

Perlindungan Allah ini menjadi tanda kenabian beliau, meskipun beliau sudah meninggal. Seolah telah menjadi sunatullah, setiap orang yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti celaka dunia akhirat. Dzat Sang Kuasa, tidak rela ketika utusan-Nya dilecehkan para musuhnya.

Berikut beberapa bukti sejarah:
Pertama, semua orang yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan kafir Quraisy, mati dalam kondisi mengenaskan. Abu Lahab mati dalam keadaan mengidap penyakit Adasah, badannya mengeluarkan bau yang sangat busuk. Sampai tidak ada satupun keluarganya yang mau mendekatinya. Dia dimandikan dengan disiram air dari jauh. Dan ketika dikuburkan, orang-orang melempari tanah dan batu ke lubang kuburnya dari jauh.

Utbah bin Abu Lahab pernah menarik baju Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian meludahi wajah beliau yang mulia. Akhirnnya di suatu perjalanan, kepalanya diterkam singa, padahal dia sudah berlindung di tengah kerumunan rombongannya.

Abu Jahal dipenggal kepalanya oleh Ibnu Masud di kerumunan bangkai orang kafir yang berserakan ketika perang badar, setelah dia dijatuhkan dengan serangan putra Afra dan Muadz bin Amr bin Jamuh.

Kisah-kisah lain semacam ini, banyak disebutkan di buku-buku sirah.

Kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengirim surat ajakan untuk masuk Islam kepada dua raja yang menguasai dunia ketika itu. Kaisar (raja Romawi) dan Kisra(raja Persia). Keduanya tidak menerima ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun dengan sikap yang berbeda. Raja Romawi menghormati surat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memuliakan orang yang membawa surat itu.
Sebagai balasannya, kerajaannya tetap dijaga. Bahkan sampai abad 15, kerajaan Romawi masih ada.

Berbeda dengan raja Persia. Dia merobek-robek surat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hasilnya, kerajaannya runtuh di zaman Umar bin Khattab. Betapa pendek usianya.

Ketiga, dalam banyak kesempatan, ketika kaum muslimin hendak menaklukkan musuhnya, mereka baru berhasil, setelah ada diantara musuh mereka yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Diceritakan Syaikhul Islam:
وقد كان المسلمون إذا حاصروا أهل حصن واستعصى عليهم ، ثم سمعوهم يقعون في النبي صلى اللّه عليه وسلَّم ويسبونه ، يستبشرون بقرب الفتح ، ثم ما هو إلا وقت يسير ، ويأتي الله تعالى بالفتح من عنده انتقاماً لرسوله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dulu ada sekelompok kaum muslimin yang mengepung benteng musuh (orang kafir) dan berusaha menyerang mereka. Sampai mereka mendengar ada sebagian musuh yang mencela kehormatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menghina beliau. Seketika itu, kaum muslimin langsung bergembira dengan dekatnya kemenangan yang akan segera datang. Kemudian hanya dalam waktu yang singkat, Allah memberikan kemenangan, karena murka-Nya untuk membela utusan-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (ash-Sharim al-Maslul, hlm. 116).

Tidak Hanya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
Janji ini tidak hanya beliau berikan untuk Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam semata. Bahkan, Allah memberi janji inni untuk semua nabi dan rasul yang menjadi utusan-Nya. Allah berfirman,
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Sungguh beberapa rasul sebelum kamu telah diperolok-olok, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) karena penghinaan mereka. (QS. al-An'am: 10)

Jika kita tidak bisa bertindak apapun untuk membalas mereka secara langsung, jangan lupakan dalam doa anda, sebagai pembelaan untuk Nabi kita tercinta.

Allahu a’lam

Minggu, 18 Januari 2015

Dilarang Memakai Cincin di Jari Tengah & Telunjuk



Apa ada larangan pake akik di jari tengah? Aku denger ada hadisnya. Mohon pencerahannya tad...

Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Anda bisa perhatikan hadis berikut,
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu, beliau mengatakan,
نَهَانِي رَسُولُ اللَّهِ ‏‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏‏أَنْ أَتَخَتَّمَ فِي إِصْبَعِي هَذِهِ أَوْ هَذِهِ ، قَالَ :‏ " ‏فَأَوْمَأَ ‏‏إِلَى الْوُسْطَى ، وَالَّتِي تَلِيهَا
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarangku memakai cincin di dua jari: ini dan ini. Beliau memegang jari tengah dan jari setelahnya. (HR. Muslim 5614)

Dari hadis ini, an-Nawawi menetapkan judul,
باب النهي عن التختم في الوسطى والتي تليها
Bab, larangan memakai cincin di jari tengah dan jari setelahnya.

Dalam Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi mengatakan,
وَيُكْرَه لِلرَّجُلِ جَعْله فِي الْوُسْطَى وَاَلَّتِي تَلِيهَا لِهَذَا الْحَدِيث , وَهِيَ كَرَاهَة تَنْزِيه
Makruh bagi lelaki memakai cincin di jari tengah dan jari setelahnya, karena hadis ini. Dan ini larangannya makruh. (Syarh Shahih Muslim, 14/71).

Maksud Jari Setelahnya?
Kita simak keterangan al-Qurthubi,
ولو تختم في البنصر لم يكن ممنوعا ، وإنما الذي نهي عنه في حديث علي - رضي الله عنه - الوسطى والتي تليها من جهة الإبهام ، وهي التي تسمى المسبحة ، والسبابة
Jika ada orang yang memakai cincin di jari manis, tentu tidak terlarang. Yang dilarang dalam hadis Ali Radhiyallahu 'anhu, adalah memakai cincin di jari tengah dan jari setelahnya ke arah jempol, yaitu  jari telunjuk. (al-Mufhim Syarh Shahih Muslim, 5/414).

An-Nawawi juga memberikan keterangan bahwa penyebutan telunjuk, ada di riwayat selain Muslim. an-Nawawi mengatakan,
وَرُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ فِي غَيْرِ مُسْلِمٍ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
Hadis ini juga diriwayatkan di selain Shahih Muslim, dengan menyebutkan telunjuk dan jari tengah. (Syarh Shahih Muslim, 14/71)

Jari yang Tepat
Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, menceritakan,
كَانَ خَاتِمُ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فِى هَذِهِ. وَأَشَارَ إِلَى الْخِنْصَرِ مِنْ يَدِهِ الْيُسْرَى
Cincin Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berada di jari ini. Lalu Anas memegang kelingking tangan kirinya. (HR. Muslim 5610).

An-Nawawi menegaskan,
وَأَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى أَنَّ السُّنَّةَ جَعْلُ خَاتَمِ الرَّجُلِ فِي الْخِنْصَرِ وَأَمَّا الْمَرْأَةُ فَإِنَّهَا تَتَّخِذُ خَوَاتِيمَ فِي أَصَابِعَ
Kaum muslimin sepakat bahwa yang sesuai sunah, lelaki memasang cincinnya di kelingkig. Sementara wanita boleh memakai cincinnya jari manapun. (Syarh Shahih Muslim, 14/71)

Demikian, Allahu a’lam

Setan Tertawa ketika Kita Menguap



Benarkah setan akan tertawa ketika kita menguap? Mengapa dia tertawa?
Trim’s

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Anda bisa perhatikan hadis berikut,
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ
“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Oleh karena itu bila kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka wajib atas setiap muslim yang mendengarnya untuk ber-tasymit (mengucapkan “yarhamukallah”). Sedangkan menguap itu dari setan, jika seseorang menguap hendaklah dia tahan semampunya. Bila orang yang menguap sampai mengeluarkan suara ‘haaahh’, setan tertawa karenanya.” (HR. Bukhari 6223)

Mengapa Setan Tertawa?
Tertawa merupakan ekspresi senang dan bahagia. Setan merasa senang ketika godaannya berhasil dan dituruti manusia. Karena setan selalu memotivasi manusia untuk menjadi pemalas dan banyak tidur. Sehingga Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bahwa menguap sumbernya dari setan. Dalam sebuah hadis, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
التَّثَاؤُبُ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ
“Menguap itu dari setan, jika seorang menguap hendaklah dia tahan semampunya.” (HR. Bukhari 3289 & Muslim 7682).
Dr. Musthofa Dib al-Bugho – pakar madzhab syafiiyah kontemporer – mengatakan,
أضيف إلى الشيطان لأنه هو الذي يدعو إلى إعطاء النفس شهواتها والتثاؤب يكون مع ميل الإنسان إلى الكسل والنوم والتثاقل عن الطاعات
Menguap dikatakan sebagai godaan setan, karena dialah yang mengajak manusia untuk memenuhi syahwatnya. Sementara menguap terjadi ketika seseorang cenderung malas, banyak tidur, dan berat dalam melakukan ketaatan. (Ta’liq Shahih Bukhari untuk hadis no. 3115)

Jika menguap itu sendiri sudah membuat setan merasa senang, dia akan merasa lebih senang ketika orang yang menguap sampai mengeluarkan suara huaah... Karena yang terjadi tidak hanya menguap, tetapi menguap yang disertai kesungguhan. Inilah yang membuat setan tertawa.  
Ada juga yang mengatakan, setan tertawa ketika manusia menguap, karena wajah manusia berubah menjadi jelek saat dia menguap. (Fathul Bari, 10/612).

Dilarang Membuat Setan Tertawa
Sebagai muslim, tentu kita dilarang untuk memasukkan kebahagiaan di hati para musuh. Sebaliknya, kita dianjurkan membuat musuh islam marah, karena kita melakukan ketaatan dan komitmen terhadap syariat islam. Dan  ini Allah catat sebagai amal soleh.
Allah berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ وَلَا مَخْمَصَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَطَئُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ
 Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal soleh. (QS. at-Taubah: 120).

Jika membuat musuh islam marah termasuk amal soleh, maka membuat marah gembong kekufuran, yaitu setan, juga termasuk amal soleh. Namun tentu saja, semua harus dilakukan seuai aturan.
Saatnya menyesuaikan diri dengan sunah dan ajaran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Pelajari semua yang beliau syariatkan. Semoga Allah memudahkan kita untuk meniti jalan kebenaran.

Allahu a’lam

Masuk Kamar Mandi Menjelang Maghrib, Bisa Kerasukan Jin?



Apa benar, masuk kamar mandi menjelang maghrib bisa menyebabkan orang kerasukan jin? Karena katanya pada waktu itu, jin banyak keluar dari sarangnya.

Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Pertama, terdapat hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ – أَوْ أَمْسَيْتُمْ – فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ
“Bila hari telah senja, tahan anak-anak kalian. Karena ketika itu setan berkeliaran. Dan bila sudah masuk sebagian waktu malam, silahkan biarkanlah mereka.” (HR. Bukhari 5623 dan Muslim 3756)

Informasi yang disampaikan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa setan berkeliaran ketika maghrib, merupakan perkara ghaib. Manusia tidak bisa mendeteksinya dengan indera. Kita hanya bisa meyakini sebagaimana yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua, karena alasan hadis ini, sebagian ulama syafiiyah dan hambali memakruhkan masuk kamar mandi dari menjelang maghrib sampai isya. Berikut beberapa keterangan mereka,
Ibnu Muflih menukil keterangan Ibnul Jauzi – ulama hamhali – (w. 597 H),
قال ابن الجوزي في منهاج القاصدين: ويكره دخول الحمام قريباً من الغروب وبين العشاءين فإنه وقت انتشار الشياطين  
Ibnul Jauzi mengatakan dalam kitab Minhaj al-Qosidin, ‘Makruh memasuki kamar mandi menjelang maghrib atau antara isya sampai maghrib. Karena ketika itu adalah waktunya setan mulai berkeliaran.” (al-Adab as-Syar’iyah, 3/322).

Keterangan lain juga disampaikan al-Khatib as-Syirbini – ulama syafiiyah – (w. 977 H.),
ويكره دخوله قبيل الغروب وبين العشاءين لأنه وقت انتشار الشياطين
Dimakruhkan masuk ke kamar mandi menjelang maghrib atau antara maghrib dan isya. Karena itu waktu setan berkeliaran. (Mughni al-Muhtaj, 1/77).

Akan tetapi ada ulama lain yang tidak sepakat dengan pendapat ini. Karena tidak ada dalil secara tegas yang melarang hal itu. Disamping tidak ada riwayat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam maupun para sahabat, yang menyebutkan bahwa mereka menghindari kamar mandi ketika menjelang maghrib.
Imam ar-Ruhaibani as-Suyuthi (w. 1243 H.) mengatakan,
ولا يكره دخوله حماما قرب غروب و لا بعده، لعدم النهي الخاص عنه، خلافاً لابن الجوزي
Tidak dimakruhkan masuk ke kamar mandi menjelang matahari terbit, tidak pula setelahnya. Karena tidak ada larangan khusus tentang itu. Tidak sebagaimana pendapat Ibnul Jauzi. (Mathalib Uli an-Nuha, 1/189).

Ketiga, ulama kontemporer lebih memilih pendapat kedua
Dengan mempertimbangkan,
-          Para sahabat memahami bahwa waktu menjelang terbenamnya matahari adalah waktu setan mulai berkeliaran
-          Tidak dijumpai satupun riwayat dari mereka, bahwa mereka menghindari kamar mandi ketika menjelang maghrib.
Karena pertimbangan ini, beberapa lembahaga fatwa kontemporer menyatakan boleh masuk kamar mandi menjelang maghrib. Berikut diantaranya,
Fatwa Syabakah Islamiyah,
فالظاهر أنه لا بأس بالاستحمام في كل وقت على الصحيح سواء في ذلك ما بين المغرب والعصر وغيره إذ لم يرد ما يدل على النهي، والأصل جواز ذلك
Pendapat yang kuat, tidak masalah masuk ke kamar mandi di setiap waktu, baik waktu sekitar maghrib, atau asar, atau waktu lainnya. Karena tidak terdapat satupun dalil yang melarangnya. Sementara hukum asalnya adalah boleh. (Fatwa Syabakah Islamiyah, no. 107250).

Fatwa yang lain juga disampaikan dalam Fatawa al-Islam,
يباح الاغتسال في أي وقت من الليل أو النهار ؛ لأن الأصل الإباحة ، وليس هناك دليل يمنع من الاغتسال بعد العصر أو قبل المغرب أو في غيرهما من الأوقات
Dibolehkan mandi di waktu kapanpun, baik siang maupun malam. Karena hukum asalnya mubah, sementara tidak ada dalil yang melarang mandi setelah asar, mejelang maghrib, atau waktu-waktu lainnya. (Fatawa al-Islam, no. 104808)

Hanya saja, anda harus tetap jaga doa dan dzikir, terutama doa masuk kamar mandi, dan jangan lupa:

Allahu a’lam