By: H. Sidik Tono, Drs. M.Hum.DR.
Pengantar
Setiap Ketentuan Takdir Allah pada hambanya pasti membawa kemaslahatan-kemaslahatan meskipun hamba tersebut belum menyadarinya. Sikap seorang mukmin adalah ridha dengan takdir Allah baik yang menyedihkan, menyusahkan maupun yang menggembirakan
Ridha : ikhlas menerima
Perjalanan Hidup Manusia Al Insyiqaq : 16-19
فَلَا أُقْسِمُ بِالشَّفَقِ
وَاللَّيْلِ وَمَا وَسَقَ
وَالْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ
لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَن طَبَقٍ
16. Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja
17. Demi malam dan apa yang diselubunginya
18. Demi bulan apabila jadi purnama
19. Sungguh akan kamu jalani tingkat demi tingkat
Apabila seseorang mukmin berlaku sabar dalam menghadapi musibah, dan berlaku demikian karena ingin mendapat pahala dari Allah, maka Allah takkan mengecewakannya. Bahkan Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya, agungnya pahala itu terletak pada besarnya cobaan. Apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan mencobanya. Maka barangsiapa rela menghadapinya, Allah akan merestuinya, dan barangsiapa yang berlaku sebaliknya, maka Allah akan murka kepadanya”.( Hadits riwayat Turmudzi dan Ibnu Majah )
“Apabila anak seorang hamba meninggal, Allah berfirman kepada para malaikat : “Kamu telah mencabut (nyawa) anak hamba-Ku?”. Para malaikat menjawab : “Ya”. Kemudian Allah berfirman : “Apa yang dikatakan hamba-Ku?”. Para malaikat menjawab : “Ia memuji-MU dan berlaku sabar mengharapkan pahala-Mu”. Allah lalu berfirman pada mereka : “Bangunkanlah sebuah gedung di surga buat hamba-Ku kemudian berilah nama Baitulhamd”( Hadits riwayat Turmudzi).
Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman kepada nabi Musa as.:
“Wahai Musa! Tidak ada yang paling aku cintai dari makhluk yang pernah aku ciptakan kecuali hambaku yang mukmin dan sesungguhnya ketika aku menimpakan bencana kepada dia, sesungguhnya terdapat kebaikan bagi dia didalamnya serta ketika aku menghalangi dia dari ( mendapat ) sesuatu itu juga karena terdapat kebaikan baginya dalam hal tersebut karena sesungguhnya aku lebih tahu apa yang paling maslahat bagi hambaku…
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon
FAEDAH PENTING
Keimanan yang benar terhadap takdir akan membuahkan hal-hal penting, di antaranya sebagai berikut : Pertama: Hanya bersandar kepada Allah ketika melakukan berbagai sebab, dan tidak bersandar kepada sebab itu sendiri. Karena segala sesuatu tergantung pada takdir Allah.
Kedua: Seseorang tidak sombong terhadap dirinya sendiri ketika tercapai tujuannya, karena keberhasilan yang ia dapatkan merupakan nikmat dari Allah, berupa sebab-sebab kebaikan dan keberhasilan yang memang telah ditakdirkan oleh Allah. Kekaguman terhadap dirinya sendiri akan melupakan dirinya untuk mensyukuri nikmat tersebut.
Ketiga: Munculnya ketenangan dalam hati terhadap takdir Allah yang menimpa dirinya, sehingga dia tidak bersedih atas hilangnya sesuatu yang dicintainya atau ketika mendapatkan sesuatu yang dibencinya.
Prinsip Keimanan kepada Takdir
Pertama: Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengetahui dengan ilmunya yang azali dan abadi tentang segala sesuatu yang terjadi baik perkara yang kecil maupun yang besar, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik itu perbuatan yang dilakukan oleh Allah maupun perbuatan makhluknya. Semuanya terjadi dalam pengilmuan Allah Ta’ala.
Kedua: Mengimanai bahwa Allah Ta’ala telah menulis dalam lauhul mahfudz catatan takdir segala sesuatu sampai hari kiamat
Takdir baik dan buruk
Baik dan buruknya takdir yang mensifati adalah Manusia
Bila sejalan dengan tabiatnya disifati baik (kaya, sehat dan bahagia)
Bila Tak sejalan dengan tabiatnya disifati buruk (miskin, sakit dan musibah)
CONTOH……
Manusia memandang sakit
Adalah keburukan
Namun sudut pandang ini akan menjadi lain bila orang memahami dalil berikut
Hadits Bukhari 5209
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
Tidaklah suatu musibah yg menimpa seorang muslim bahkan duri yg melukainya sekalipun melainkan Allah akan menghapus (kesalahannya). [HR. Bukhari No.5209].
Hadits Bukhari 5210
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit & keletihan, kehawatiran & kesedihan, & tak juga gangguan & kesusahan bahkan duri yg melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya. [HR. Bukhari No.5210
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
Sakit bisa bermakna kebaikan
Manusia memahami kematian
Ditinggal keluarga, Istri/suami atau anak adalah sebuah keburukan
Namun bila orang memahami dalil berikut akan berpandangan lain
Dari Abu Musa bahwa Rasulullah saw bersabda,”Apabila anak seorang hamba meninggal dunia maka Allah berfirman kepada para malaikat-Nya,”Apakah engkau telah menggenggam anak dari hamba-Ku itu?’ Para malaikat menjawab,’Ya.’ Allah berfirman,”Apa yang dikatakan hamba-Ku itu?’ Para malaikat menjawab,’Segala puji bagi-Mu dan dia mengucapkan istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, pen). Lalu Allah berfirman,’Bangunkan baginya sebuah rumah di surga dan namakanlah rumah itu dengan nama ‘rumah pujian’” (HR. at Tirmidzi)
Dari Abu Hurairoh berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Allah swt berfirman,’Tidaklah seorang hamba-Ku yang beriman mendapatkan suatu pahala apabila Aku genggam orang yang dikasihinya dari penduduk dunia kemudian dia rela dengannya kecuali dia (akan mendapatkan surga).” (HR. Bukhori)
Rasul saw bersabda,”Tidaklah seorang wanita diantara kalian yang telah memberikan tiga anaknya (meninggal) kecuali mereka semua akan menjadi penghalang baginya dari neraka.’ Lalu seorang wanita berkata,’Bagaimana dengan dua orang anak.?’ Nabi bersabda,’Termasuk juga dua orang anak.” (Muttafaq Alaih)
Balasan bagi orang yang Rela Kekasihnya dipanggil Allah SWT
1. Dibangunkan sebuah rumah pujian di surga Allah swt
2. Dibalas dengan surga
3. Menjadi penghalang bagi orang tuanya dari api neraka
Hikmah dibalik takdir
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).“ (Qs. ar-Rum : 41)
Memberi kemadharatan agar manusia kembali ke jalan yang benar
Untuk menguji yang imannya benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar